Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Baru, RI Sukses Terbangkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Nabati

Kompas.com - 07/10/2021, 11:43 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya dengan pemanfaatan minyak kelapa sawit. Kali ini dengan menghasilkan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen (J2.4) atau bahan bakar nabati untuk pesawat

Pemanfaatan bioavtur J2.4 sukses ditandai dengan keberhasilan uji terbang menggunakan pesawat CN235-200 FTB rute Jakarta-Bandung sepanjang 8-10 September 2021. Uji terbang dilakukan dengan penerbangan pesawat di ketinggian 10.000 kaki dan 16.000 kaki.

Hasilnya menunjukkan bahwa performa mesin dan indikator-indikator yang terdapat di kokpit menunjukkan kesamaan antara penggunaan bahan bakar avtur atau Jet A1 dengan J2.4.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, salah satu upaya pemerintah untuk mendorong percepatan implementasi EBT adalah melalui substitusi energi primer ke teknologi yang ada. Bila pada transportasi darat dilakukan dengan B30, maka transportasi udara melalui penggunaan J2.4.

Baca juga: Pertamina Sudah Produksi Bioavtur J2.4

"Hari ini melihat sejarah baru, yaitu penerbangan perdana yang menggunakan bahan bakar nabati. Ini sudah kita tunggu selama ini dan sudah di coba menggunakan pesawat CN235-200," ujarnya dalam acara Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235 Campuran Bahan Bakar Bioavtur, Rabu (6/10/2021).

Ia menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, diatur kewajiban untuk melakukan pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020, lalu meningkat menjadi 5 persen pada tahun 2025.

Namun, target implementasi itu belum bisa dicapai. Saat ini, implementasinya baru bisa dilakukan dengan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen. Menurutnya, hal itu dikarenakan ada kendala dari ketersediaan bioavtur, proses teknologi, hingga keekonomiannya.

"Perjalanan panjang pun sudah dilalui sampai akhirnya kita bisa ditahap ini dengan melibatkan banyak pihak," kata Arifin.

Ia mengungkapkan, pihak yang dilibatkan sampai tahap uji terbang ini di antaranya PT Pertamina (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Menko Airlangga: Bioavtur Punya Potensi Pasar Rp 1,1 Triliun

Pertamina dan ITB melakukan uji coba co-processing kerosene dengan minyak nabati untuk menghasilkan prototipe produk bioavtur. Lalu pelaksanaan pengembangan bioavtur dilakukan di Unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Refinergy Unit (RU) IV Cilacap milik Pertamina.

Kemudian dihasilkan produk J2.0 pada tahun 2020 dan produk J2.4 pada awal tahun 2021, yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian uji terbang pada pesawat CN235-200 FTB.

Adapun bahan bakar campuran bioavtur J2.4 dihasilkan dari bahan baku 2 persen dan 2,4 persen minyak inti sawit atau refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis merah putih.

Katalis merupakan senyawa zat mineral yang dibutuhkan pada hampir seluruh industri proses, seperti industri kimia, petrokimia, pengilangan minyak dan gas, oleokimia, termasuk pula teknologi energi terbarukan berbasis biomassa dan minyak nabati.

Dalam hal pengembangan bioavtur ini, berhasil ditemukan formula katalis PITN 100-2T, yaitu katalis Pertamina-ITB dan dijuluki sebagai katalis merah putih pertama di Indonesia.

Arifin mengatakan, dengan keberhasilan saat ini, maka ke depannya pemerintah akan terus mendorong pengembangan bioavtur bahkan hingga J100, serta bisa diterapkan di seluruh maskapai penerbangan domestik maupun internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com