Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggan Platform Jual Beli Aset Kripto Luno Tumbuh 83 Persen di Indonesia

Kompas.com - 13/04/2022, 15:15 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Platform jual beli aset kripto global Luno melaporkan pertumbuhan jumlah pelanggan di Indonesia sebesar 83 persen sepanjang tahun 2021. Pencapaian ini meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah pelanggan di Indonesia.

Country Manager Luno Indonesia Jay Jayawijayaningtiyas mengatakan, pertumbuhan jumlah pelanggan yang pesat ini menunjukkan minat masyarakat Indonesia yang tinggi untuk berinvestasi aset kripto secara mudah dan di platform yang terpercaya.

"Luno sebagai perusahaan platform jual beli aset kripto hanya menawarkan aset kripto kategori blue chip yang relatif lebih aman dan sudah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)," kata dia dalam siaran pers Rabu (13/4/2022).

Baca juga: Bitcoin dkk Menguat, Cek Harga Kripto Hari Ini

"Hal ini sejalan dengan komitmen kami, memastikan pelanggan mendapatkan akses yang mudah, aman dan terpercaya saat berinvestasi aset kripto. Komitmen tersebut tentunya didukung dengan memberikan edukasi dan panduan secara berkelanjutan agar masyarakat Indonesia merasa aman dan percaya diri memulai investasi aset kripto,” imbuh dia.

Berdasarkan catatannya, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar Luno. Rata-rata deposit pertama dari pelanggan di Indonesia mencapai Rp 500,000 pada saat pembukaan akun baru. Pun, pelanggan di Indonesia cenderung bertahan selama 6 bulan. Sementara, 50 persen dari pelanggan Indonesia membeli aset Bitcoin.

Sementara itu, CEO dan Co-Founder Luno Marcus Swanepoel mengatakan, saat ini platform Luno telah mencapai 10 juta pelanggan dalam 6 bulan.

Padahal, tercatat tahun lalu pertumbuhan jumlah pelanggan global mencapai 35 persen secara tahunan.

Baca juga: Pedagang Kripto Waswas Transaksi Bitcoin dkk Kena Pajak

Ia mengatakan, sejak mencatatkan peningkatan kapitalisasi pasar tertinggi pada November 2021 sebesar Rp 43,09 triliun, pasar kripto turun ke level terendah pada Januari 2022. Namun, Luno berhasil tumbuh kembali dengan nilai sekitar Rp 28,73 triliun pada Maret 2022.

Ke depan, Luno menargetkan dapat menghadirkan aset kripto ke lebih dari satu miliar pelanggan pada tahun 2030.

"Diperkirakan ada 300 juta orang yang menggunakan aset kripto di seluruh dunia pada Maret 2022. Angka tersebut diperkirakan akan tumbuh seiring ekosistem aset kripto yang semakin terbentuk dan menjangkau pasar global. Misi kami adalah membuat investasi kripto jadi mudah untuk siapa saja. Pencapaian besar kami dalam menembus 10 juta pelanggan menunjukkan bahwa kami berada di garda depan dalam transisi menuju pembangunan sistem keuangan yang lebih baik dan adil untuk dunia,” kata dia.

Pencapaian yang terjadi selama 12 bulan terakhir juga didorong oleh peluncuran Luno Expeditions.

Itu merupakan unit investasi (venture capital) global khusus bagi pengusaha kripto/Web3 dan fintech terbaik di seluruh dunia yang berada di tahap pendanaan awal.

Selain itu, Luno juga menambahkan dua aset kripto terbaru yaitu Chainlink (LINK) dan Uniswap (UNI) yang kini tersedia di platform-nya.

Baca juga: Contoh Perhitungan PPN dan PPh Transaksi Tukar-menukar Aset Kripto

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com