Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Melambat, Analis: Indonesia Minim Risiko Resesi

Kompas.com - 18/08/2022, 10:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Kondisi perlambatan ekonomi terjadai secara global, termasuk di negara maju. Namun, menurut CFA – Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma, outlook ekonomi Indonesia minim risiko resesi.

“Saat ini kami melihat risiko resesi terhadap Indonesia relatif minim, karena pemulihan konsumsi domestik memberi bantalan bagi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global,” kata Samuel dalam siaran pers, Rabu (17/8/2022).

Samuel menjelaskan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini berbeda dengan kondisi di kawasan negara maju yang cenderung mengalami perlambatan. Indonesia berada pada siklus pemulihan ekonomi didukung pembukaan kembali ekonomi yang suportif bagi pertumbuhan konsumsi domestik.

Baca juga: Jokowi Patok Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Depan 5,3 Persen

“Berbagai data seperti penjualan otomotif, keyakinan konsumen, dan pertumbuhan kredit terus menunjukkan pemulihan sepanjang tahun ini. Dari sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran terus menurun mengindikasikan penyerapan kerja yang membaik,” ungkap dia.

Di sisi lain, dari data pertumbuhan ekonomi mengafirmasi momentum pemulihan ini dimana ekonomi tumbuh 5,44 persen YoY di kuartal dua 2022, naik dari 5,01 persen di kuartal pertama.

Menurut dia, meskipun inflasi umum meningkat mendekati 5 persen, namun inflasi inti yang merupakan acuan kebijakan Bank Indonesia, tetap terjaga di 2,86 persen per bulan Juli. Dengan inflasi inti yang masih terjaga maka memang belum ada urgensi bagi BI untuk menaikkan suku bunga sejauh ini.

Baca juga: Genjot Pemulihan Ekonomi Nasional, Puan Minta Pemerintah Pertajam Insentif Pajak

Di sisi lain, nilai tukar rupiah merupakan salah satu nilai tukar dengan kinerja terbaik di Asia tahun ini, walau BI belum menaikkan suku bunga, mengindikasikan keyakinan pasar terhadap kredibilitas kebijakan moneter BI.

Dia menjelaskan, BI juga memiliki alat kebijakan selain suku bunga untuk menyerap likuiditas domestik, seperti melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM). Sepanjang tahun ini GWM sudah naik dari 3,5 persen menjadi 7,5 persen di Juli.

“Jadi sebetulnya pengetatan kebijakan moneter sudah dilakukan secara gradual sepanjang tahun ini. Namun seiring dengan pemulihan ekonomi, kami melihat inflasi inti akan naik secara gradual sehingga BI berpotensi menaikkan suku bunga ke level 4,0 persen hingga - 4,25 persen tahun ini,” lanjut Samuel.

Baca juga: Jokowi: Fundamental Ekonomi RI Baik, tapi Tetap Harus Waspada

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com