Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Ancaman Resesi, Pengusaha Pelayaran: Tetap Optimistis dan Waspada

Kompas.com - 24/11/2022, 18:17 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku usaha pelayaran nasional tetap optimistis dan waspada dalam menghadapi ancaman resesi global di 2023.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Perusahaan Pelayaran Angkutan Niaga (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, seperti banyak sektor lainnya, industri pelayaran nasional tengah dihadapkan situasi sulit.

"Di tengah pemulihan setelah diterjang badai Covid-19, kini pelayaran nasional harus siap menghadapi ancaman resesi global di 2023. Resesi membayangi ekonomi beberapa negara yang penyebabnya cukup kompleks, mulai dari perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis pangan, energi dan finansial," ujarnya saat dijumpai di Jakarta, Kamis (24/11/2022).

Baca juga: Kemenhub Beberkan Strategi Dekarbonisasi Pelayaran di Indonesia

Oleh sebab itu, lanjut dia, dirinya telah meminta kepada para pelaku usaha pelayaran lainnya untuk menunda pembelian kapal lantaran harganya yang diprediksi kian mahal.

"Kalau mau nambah kapal ini bukan waktu yang tepat karena harga pasti mahal dan kebutuhan juga sementara, sehingga ini bukan waktunya belanja kapal. Kecuali kita punya kontrak yang panjang yang bisa mengisi biaya kekosongan pembelian itu," kata Carmelita.

Strategi ini pun kata dia, telah dilakukan oleh China yang masih menutup diri dan mengurangi pembelian kapal.

"Yah memang sebenarnya dampak resesi sekarang belum begitu dirasakan tapi kayak biasanya snow ball-nya kita selalu rasakan di akhir-akhir. Harapanya jangan sampai begitu kejadian kita kaget," ucap dia.

Carmelita juga menilai pasar untuk angkutan tanker tahun 2023 menunjukan kondisi yang cukup menjanjikan.

Menurut dia, pada sektor angkutan kontainer di domestik masih akan tumbuh positif mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional di tahun depan.

Kemudian pada sektor curah kering batu bara, masih akan tumbuh positif meski tidak secemerlang sebelumnya, seiring dengan kebutuhan batu bara di dalam negeri, begitu juga dengan kebutuhan ekspor.

Carmelita membeberkan berdasarkan data Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekitar 161 juta ton batu bara pada 2023 mendatang, atau meningkat dari 2022 yang mencapai 130 juta ton.

Adapun produksi batu bara pada 2023 ditargetkan bisa mencapai 694 juta ton.

Di sisi lain, kebijakan hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang tengah digenjot pemerintah juga sedikit banyak akan memberikan dampak terhadap angkutan curah kering.

"Kebijakan hilirisasi SDA akan memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa mendatang dan dari sisi pelayaran nasional di domestik, hilirisasi SDA ini juga menjadi peluang adanya peningkatan muatan karena adanya angkutan raw materials ke smelter," ungkap dia.

Baca juga: Trafigura, Pemilik Minyak yang Diangkut Kapal Tanker Pertamina ke China yang Dicegat Greenpeace

Sementara untuk jenis kapal offshore atau kapal yang biasa dipakai untuk pengeboran migas, menurut dia masih akan tetap tumbuh meski tidak akan tumbuh signifikan pada 2023 lantaran belum ada tanda-tanda peningkatan kebutuhan kapal penunjang offshore.

Dia juga menilai, pelayaran nasional lebih percaya diri dalam menghadapi sentimen global tahun depan, mengingat pelayaran telah banyak mengambil pelajaran dan berhasil melewati badai Covid-19.

Walau demikian, dia tetap mewaspadai adanya kenaikan biaya perawatan kapal karena fluktuasi nilai tukar rupiah, mengingat 70 persen komponen kapal masih impor.

“Jadi ancaman resesi pada 2023 mungkin akan berdampak bagi pelayaran nasional, tapi selama konsumsi domestik kita masih tumbuh, maka dampaknya tidak signifikan. Kita meski optimis, tapi harus bersikap waspada atas situasi ekonomi tahun depan,” pungkasnya.

Baca juga: Tekan Emisi Karbon Pelayaran, Kemenhub Terapkan Sistem Kelistrikan Baru di 20 Pelabuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com