Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyongsong Pertambangan Berkelanjutan dan Berdampak Sosial

Kompas.com - 22/12/2022, 20:50 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

LUWU TIMUR, KOMPAS.com - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berupaya menjalankan sebuah ekosistem bisnis pertambangan yang berkelanjutan dan memiliki dampak langsung untuk masyarakat sekitar.

Perusahaan yang menghasilkan nikel in matte ini telah mengelola tambang di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan sejak tahun 1968.

Untuk dapat melaksanakan praktik tambang yang berkelanjutan, Vale Indonesia membidik target Sustainable Development Goals (SDGs) lewat praktik penambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Sejak awal berdiri, perusahaan telah berupaya menyuplai listrik di area tambang nikelnya dengan energi bersih yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Baca juga: Mengenal Teknologi HPAL Vale Indonesia untuk Produksi Bahan Baterai Kendaraan Listrik

Tercatat, Vale Indonesia mengoperasikan PLTA Larona sejak tahun 1979. Selain itu, perusahaan tambang asal Brasil ini juga mengoperasikan PLTA Balambano sejak 1999, dan terakhir Vale Indonesia memiliki PLTA Karebbe sejak 2011.

Vale Indonesia sendiri mengklaim kegiatan pertambangan nikel di Blok Sorowako sepenuhnya telah disokong oleh 3 PLTA milik perusahaan.

Koordinator Shift PLTA Balambano Andi Sunandar mengatakan, seluruh PLTA yang dimiliki Vale Indonesia mampu memenuhi kebutuhan listrik aktivitas tambang sebesar 365 megawatt.

"Sekarang 100 persen kebutuhan listrik di tambang Sorowako sudah bisa dari PLTA," kata dia kepada awak media, Selasa (20/12/2022)

Tak hanya digunakan untuk keperluan tambang Vale Indonesia saja, perusahaan juga menyalurkan listrik dari PLTA kepada masyarakat melalui PLN dengan jumlah sekitar 8 megawatt.

Vale Indonesia mengklaim penggunaan PLTA ini mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 1 juta ton karbondioksida ekuivalen per tahun dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

Vale Indonesia sendiri berkomitmen untuk dapat mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 pada seluruh area operasionalnya.

Selain itu, pada 2019 Vale Indonesia mulai memanfaatkan boiler listrik yang energinya bersumber dari PLTA untuk operasional pabrik pengolahan.

Baca juga: Menakar Harga Nikel dari Tambang Vale Indonesia

Dengan inovasi ini, penggunaan bahan bakar high sulfur fuel oil (HSFO) berkurang sebanyak 67.047 barel per tahun. Boiler listrik ini sekaligus jadi yang pertama digunakan pada industri pengolahan di Asia Tenggara.

Secara keseluruhan pada 2021, Vale Indonesia berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 147.705 ton karbondioksida ekuivalen.

Di sisi lain, untuk mengendalikan limbah cair (effluent) dari area tambang dan pabrik pengolahan, Vale Indonesia membangun lebih dari 100 kolam pengendapan (pond) di Blok Sorowako.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com