Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyongsong Pertambangan Berkelanjutan dan Berdampak Sosial

Kompas.com - 22/12/2022, 20:50 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

Kolam ini dilengkapi dua fasilitas pengolahan limbah cair untuk mengurangi pencemaran badan air, yakni Pakalangkai Wastewater Treatment (2013) dan Lamella Gravity Settler (LGS) (2014).

Vale Indonesia juga mengintegrasikan aktivitas pembukaan lahan tambang dengan reklamasi (pemulihan lahan) dan rehabilitasi (penanaman kembali).

Untuk menyuplai tanaman dan mendukung rehabilitasi lahan pascatambang, perusahaan mendirikan kebun bibit modern (nursery) yang beroperasi sejak 2006.

Baca juga: Menilik PLTA Balambano, Pemasok Listrik Aktivitas Tambang Nikel Vale Indonesia

Nursery seluas 2,5 hektar ini mampu memproduksi hingga 700.000 bibit setiap tahun, termasuk tanaman asli setempat dan tanaman endemik.

Tak hanya fokus pada upaya-upaya menjaga lingkungan, Vale Indonesia juga berupaya untuk dapat memberdayakan masyarakat sekitar dengan berbagai program.

Dikutip dari Sustainability Report 2021, Vale Indonesia menganggarkandana CSR sebesar 29,24 juta dollar AS atau sekitar Rp 456,62 miliar (kurs Rp 15.615) untuk rentang tahun 2018-2022.

Sementara khusus untuk Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), Vale Indonesia mengucurkan dana sekitar 2,6 juta dollar AS, atau sekitar Rp 31,23 miliar (kurs Rp 15.615) pada tahun 2021.

Chief Operating Officer (COO) PT Vale Indonesia Abu Ashar mengatakan, dana CSR dianggarkan setiap 5 tahun.

"Tahun lalu Rp 70 miliar, tahun ini pasti bertambah," ujar dia kepada awak media di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Minggu (18/12/2022).

Adapun program PPM PT Vale Indonesia di antaranya adalah pembinaan petani untuk mempraktikkan pertanian organik melalui Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) melalui metode System of Rice Intensification (SRI) Organik.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Karunsie Urako Lestari Alfrida Podandi mengatakan, pihaknya telah memulai belajar tentang pertanian organik sejak 2016.

"Di sekitar sini ada sekitar 2 hektar lahan yang sudah menerapkan pertanian organik dan menghasilkan beras organik," ujar dia saat ditemui Kompas.com, Sabtu (17/12/2022).

Alfrida yang merupakan bagian dari masyarakat adat ini menjelaskan, awalnya pelatihan pengembangan pertanian organik diinisiasi oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melalui Yayasan Aliksa Organic Sri Konsultan.

Baca juga: Vale Indonesia Bidik Target Produksi Nikel 70.000 Ton Tahun Depan

Alfrida membeberkan, beras organik memiliki harga pasaran Rp 17.000 per kg. Sementara, beras dengan metode penanaman konvensional ada di kisaran harga Rp 10.000 per kg.

Selain memiliki harga pasaran yang lebih tinggi, beras organik juga disebut memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Beras produksi dari penanaman organik binaan PT Vale Indonesia Tbk ini sebagian besar diserap untuk kebutuhan perusahaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com