Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wall Street Ditutup Melemah, Nasdaq Terkoreksi Paling Dalam

Kompas.com - 06/04/2023, 07:10 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham AS atau Wall Street mayoritas ditutup pada zona merah pada perdagangan Rabu (5/4/2023). Pergerakan bursa saham AS dibayangi oleh kekhawatiran pelemahan ekonomi.

Indeks acuan saham teknologi Nasdaq turun paling dalam sebesar 1,07 persen, disusul oleh S&P 500 yang terkoreksi 0,25 persen. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,24 persen yang didukung oleh kinerja saham healthcare yang lebih baik.

Sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga saham sepanjang perdagangan Rabu adalah pertimbangan investor akan laporan penggajian swasta ADP terbaru, yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang melambat di bulan Maret.

Baca juga: Insentif Kendaraan Listrik dan Nasib Subsidi Transportasi Publik

Hal itu mengikuti laporan lowongan pekerjaan yang rilis di hari Selasa yang menyarankan upaya Federal Reserve untuk mendinginkan pasar tenaga kerja akhirnya mungkin berpengaruh. Pada bulan Februari, jumlah posisi yang tersedia turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.

“Secara terarah, pergerakan saham menguat akan lebih masuk akal, tetapi pada saat yang sama arahnya belum jelas. Kami ragu pasar akan mampu melalui potensi perlambatan ekonomi dan kekhawatiran pertumbuhan, yang telah kami lihat selama dua hari terakhir,” kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones mengutip CNBC.

Saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi tertekan pada perdagangan hari Rabu, dimana Zscaler dan CrowdStrike masing-masing turun 8,3 persen dan 6,6 persen. Saham produsen chip juga melemah, dengan penurunan Advanced Micro Devices lebih dari 3 persen.

Baca juga: Tarif Tol Jakarta-Cikampek Didiskon 20 Persen Saat Arus Mudik dan Balik Lebaran 2023

Kemiringan defensif pasar membantu saham healthcare lebih unggul yang mendorong kenaikan DJIA. Johnson & Johnson melonjak 4,5 persen setelah perusahaan farmasi tersebut mengungkapkan akan membayar 8,9 miliar dollar AS selama 25 tahun ke depan untuk menyelesaikan klaim produk bedaknya yang menyebabkan kanker. Saham-saham sektor utilitas lebih unggul pada perdagangan Rabu.

Imbal hasil Treasury AS turun pada hari Rabu, tetapi potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral berkontribusi terhadap volatilitas pasar. Bank sentral Selandia Baru semalam menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, dan mencatat bahwa inflasi yang terjadi cukup tinggi secara terus-menerus. Sementara itu, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan Selasa malam bahwa bank sentral AS masih perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Baca juga: Daftar 4 BUMN Bidang Kesehatan dan Bisnisnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com