Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai The Fed, Giliran Bank Sentral Eropa Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Kompas.com - 05/05/2023, 07:50 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usai Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga, Bank Sentral Eropa pada hari Kamis juga menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Hal ini dilakukan karena mereka terus berjuang melawan lonjakan harga konsumen, dengan suku bunga sekarang pada level yang tidak terlihat sejak November 2008.

"Prospek inflasi terus terlalu tinggi terlalu lama," kata Presiden ECB Christine Lagarde dalam sebuah pernyataan mengutip CNBC.

Dengan pengumuman terbaru, suku bunga acuan bank akan bergerak ke 3,25 persen, mulai 10 Mei mendatang. Keputusan tersebut diambil setelah angka inflasi yang dirilis awal pekan ini menunjukkan kenaikan 7 persen untuk bulan April.

Baca juga: Suku Bunga The Fed Capai Level Tertinggi dalam 16 Tahun, BI Perlu Naikkan Suku Bunga?

ECB sebelumnya menaikkan 50 basis poin suku bunga tiga kali berturut-turut, dan kenaikan kali ini lebih rendah yakni hanya 25 basis poin. Pada saat yang sama, inflasi inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi, sedikit menurun menjadi 5,6 persen.

"Inflasi utama telah menurun selama beberapa bulan terakhir, tetapi tekanan harga yang mendasarinya tetap kuat," lanjut Lagarde.

ECB memulai kenaikan suku bunga pada Juli 2022, ketika menaikkan suku bunga utamanya dari -0,5 persen menjadi nol. Namun, meskipun kenaikan suku bunga yang konsisten sejak itu, inflasi tetap jauh di atas target ECB sebesar 2 persen.

Perkiraan yang diterbitkan minggu lalu oleh Dana Moneter Internasional menunjukkan bahwa inflasi tidak akan mencapai target ECB hingga tahun 2025. Data terbaru juga menunjukkan bahwa ekonomi zona euro tumbuh kurang dari yang diharapkan pada kuartal pertama tahun ini, mencatat PDB sebesar 0,1 persen.

Baca juga: Harga Emas Dunia Tembus 2.039 Dollar AS Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Namun, angka pengangguran menunjukkan sedikit perbaikan di bulan Maret dari bulan sebelumnya sebesar 6,5 persen. Survei ECB baru-baru ini menunjukkan bahwa bank telah memperketat akses kredit secara signifikan, dan menunjukkan bahwa suku bunga lebih tinggi berdampak pada ekonomi riil.

“Kenaikan suku bunga yang lalu ditransmisikan secara paksa ke pembiayaan dan kondisi moneter. Namun kelambatan dan kekuatan transmisi ke ekonomi riil tetap tidak pasti,” ungkap Lagarde.

Baca juga: Lagi, Parlemen Eropa Adopsi Regulasi yang Bisa Berdampak ke Ekspor Indonesia


ECB juga mengatakan kemungkinan akan menghentikan reinvestasi di bawah Program Pembelian Aset (APP) pada bulan Juli. APP adalah paket stimulus pembelian obligasi yang dimulai pada pertengahan 2014 untuk menghadapi tingkat inflasi yang masih rendah.

APP itu nantinya akan dibekukan antara Januari dan Oktober 2019 dan kemudian berlangsung hingga Juli 2022, tetapi terus melakukan pembayaran dari aset yang telah jatuh tempo.

Lagarde mengatakan ada perbedaan di seluruh sektor ekonomi, dimana prospek sektor manufaktur memburuk, sedangkan sektor jasa mengalami pertumbuhan.

"Saya pikir, cukup adil untuk mengatakan semua orang setuju bahwa peningkatan laju diperlukan dan saat itu kami tidak berhenti, itu sangat jelas, dan kami tahu bahwa kami memiliki lebih banyak ruang," tegas Lagarde.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com