Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bakal Jadi Salah Satu Negara Penghasil Katoda Tembaga Terbesar di Dunia

Kompas.com - 21/06/2023, 14:10 WIB
Hamzah Arfah,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Masa depan bisnis pertambangan di Indonesia, terutama industri tembaga, dinilai sangat menjanjikan. Hal ini seiring masih melimpahnya sumber daya, serta dukungan sarana berupa pembangunan beberapa smelter baru yang bakal rampung dalam waktu dekat.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan, seperti di lahan pertambangan perusahaan yang dipimpin olehnya di Tembagapura, Mimika, Papua Tengah. Di mana masih terdapat banyak cadangan sumber daya yang belum dieksplorasi, yang bakal menguntungkan bagi Indonesia dengan kehadiran smelter baru nantinya.

"Di tempat kita di Tembagapura, cadangannya masih banyak. Ada sekitar 1 miliar ton bijih, bukan konsentrat. Dari bijih (yang ditambang) kemudian diolah menjadi konsentrat, baru kemudian dikirim ke smelter," ujar Tony kepada awak media di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).

Menurut Tony, perkiraan jumlah tersebut hanya pada lokasi penambangan PTFI. Sementara di luar area tersebut, dinilai masih banyak lagi sumber daya yang belum dimaksimalkan, dengan jumlah miliaran ton atau bahkan lebih.

Baca juga: Indonesia Akan Punya Pabrik Foil Tembaga Terbesar di Asia Tenggara

"Ada miliaran ton sumber daya, yang kalau dieksplorasi lebih lanjut itu bisa jadi cadangan. Makanya kalau memang nanti diberikan waktu tambahan, kami akan eksplorasi lebih lanjut. Sumber dayanya cukup melimpah untuk menyuplai konsentrat ke Gresik, untuk dimurnikan sebagai katoda tembaga, emas batangan, dan barang-barang lain," tutur Tony.

Ketika ditanya lebih lanjut oleh awak media mengenai konsumen dunia dengan permintaan katoda tembaga terbanyak untuk saat ini, Tony menyebut ada banyak negara, dengan salah satu di antara negara-negara yang berminat itu adalah China.

"Konsumen tembaga paling tinggi adalah China, juga negara-negara maju lainnya," ucap Tony.

Kebutuhan tembaga dunia diprediksi oleh Tony akan terus meningkat, seiring perkembangan kemajuan teknologi. Terlebih sebanyak 70 persen produksi tembaga di dunia saat ini, kata Tony, banyak dipergunakan untuk bahan penghantar listrik maupun yang masih berhubungan dengan kelistrikan.

"Renewable energy untuk pembangkit yang baru kan membutuhkan banyak sekali tembaga, juga elektrikal. Sehingga tembaga ke depan sangat menjanjikan, dan beruntung sekali Indonesia menjadi salah satu pemain utama tembaga," kata Tony.

Tony melanjutkan, rampungnya smelter milik PT Freeport Indonesia di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik dan milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Nusa Tenggara Barat nantinya, bakal melengkapi keberadaan smelter PT Smelting di Gresik yang telah beroperasi saat ini.

"Kalau smelter di sini jadi, ditambah smelter di PT Smelting dan smelter di PT Amman, kita (Indonesia) bisa menjadi penghasil katoda tembaga terbesar kelima di dunia," tutur Tony.

 Baca juga: Freeport Cs Masih Tunggu Restu Kemendag untuk Ekspor Tembaga hingga Mei 2024

Kebutuhan dunia

Tony juga sempat menjabarkan tentang kebutuhan dunia akan katoda tembaga, termasuk kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan tersebut dengan nanti mulai beroperasinya smelter milik PTFI di KEK Gresik dan juga smelter milik PT AMNT di Nusa Tenggara Barat.

"Kalau produksi katoda tembaga dunia itu kira-kira sekitar 15 juta ton per tahun. Sementara kalau ini (smelter Gresik) jadi, (bisa produksi) 600.000, ditambah yang di smelter PT Smelting 350.000, ditambah lagi smelter PT Amman 250.000 sampai 300.000, itu sudah lebih 1 juta ton dan cukup signifikan. Bisa 1,2 juta ton per tahun nantinya," terang Tony.

Adapun pembangunan smelter PTFI di KEK Gresik direncanakan rampung pada Bulan Mei 2024, namun operasional penuh perusahaan baru akan terlaksana pada Desember di tahun yang sama. Setelah beroperasi penuh, smelter PTFI akan mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produk 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.

"Konstruksi fisik selesai akhir tahun ini, selanjutnya precomisioning dan comisioning pada Bulan Januari hingga Mei 2024, kemudian mulai beroperasi. Dan beroperasi penuhnya pada Bulan Desember (2024)," kata Tony.

Pada hari yang sama, Selasa (20/6/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peninjauan progres pembangunan smelter milik PT Freeport Indonesia di KEK Gresik dengan didampingi beberapa orang menteri. Peninjauan dilakukan, usai meresmikan groundbreaking pabrik foil tembaga milik PT Hailiang Nova Material Indonesia di Gresik.

Baca juga: Karpet Merah Jokowi untuk Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com