Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali Turun, Utang Luar Negeri Indonesia Jadi 398,3 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 17/07/2023, 11:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia kembali turun secara bulanan pada Mei 2023. Perkembangan ini dikontribusikan dari penyusutan ULN pemerintah dan swasta.

BI mencatat, posisi ULN Indonesia sebesar 398,3 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 5.952,60 triliun (asumsi kurs Rp 14.945 per dollar AS). Posisi tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 403 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 6.022,84 triliun.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy) posisi ULN Indonesia turun sebesar 1,7 persen. Kontraksi itu lebih dalam dibandingkan pada bulan sebelumnya sebesar 1,3 persen.

"Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta," ujarnya, dalam keterangan resmi, Senin (17/7/2023).

Baca juga: Dilema Utang Pemerintah

Adapun ULN pada Mei lalu dibentuk oleh ULN pemerintah sebesar 192,6 miliar dollar AS dan ULN swasta sebesar 196,5 miliar dollar AS. Keduanya mengalami penurunan secara bulanan.

Namun, untuk ULN pemerintah jika dilihat secara tahunan masih meningkat sebesar 2,3 persen. Kenaikkan itu lebih tinggi dibanding pada bulan sebelumnya sebesar 1,8 persen secara yoy.

Erwin menjelaskan, penyusutan ULN pemerintah secara bulanan disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo.

Jika dilihat berdasarkan pembentuknya, ULN pemerintah didominasi oleh utang jangka panjang, dengan porsi mencapai 99,8 persen. Dengan melihat komposisi tersebut, BI menilai, posisi ULN pemerintah masih terjaga.

"Pemerintah tetap berkomitmen mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu," tutur Erwin.

Sementara itu, ULN swasta kembali mengalami penurunan secara tahunan, di mana pada Mei lalu kontraksi sebesar 5,8 persen. Penurunan ini lebih dalam dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,6 persen secara yoy.

Baca juga: Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa Juni 2023 Turun Jadi 137,5 Miliar Dollar AS

Kontraksi ULN swasta dikontribusikan oleh semakin turunnya ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi 5,3 persen (yoy) dan 7,6 persen (yoy), dibandingkan dengan kontraksi 4,8 persen (yoy) dan 3,9 persen (yoy) pada bulan lalu.

Sama seperti ULN pemerintah, ULN swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, dengan porsi mencapai 74,8 persen total ULN.

Melihat perkembangan tersebut, BI menyatakan, ULN Indonesia masih terjaga, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,7 persen dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30 persen.

Selain itu, Erwin menyebutkan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,3 persen dari total ULN.

"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ucapnya.

Baca juga: Rahasia Sukses Toto Sugiri Jadi Orang Terkaya Ke-23 RI: Jauhi Utang dan Jangan Meminta-minta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com