Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kuasai "Self Leadership" Sebelum Jadi Pemimpin

Kompas.com - 17/07/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion

KOMPAS.com - Sebelum mampu memimpin anggota timnya, seorang pemimpin harus lebih dulu mampu mengelola dirinya. Dengan konsep self-leadership, seorang pemimpin bisa menjadi sosok yang disiplin dalam mencapai target.

Selain itu, menurut Ardelia Apti, CEO Mapan, dalam siniar Obsesif edisi LED Talk episode “Lead Yourself, Before You Lead Others ft. Ardelia Apti, CEO Mapan” dengan tautan dik.si/ObsesifArdel, self-leadership juga meningkatkan kesadaran akan kelemahan dan kekurangan diri.

Perempuan itu mendefinisikan self-leadership, “Mengkondisikan diri kita supaya bisa disiplin mencapai apa yang dipengenin. Dan itu dimulai dari konsep self-awareness; kelemahan kita di mana, kekuatan kita di mana.”

Baca juga: Sukses Mulai dari Keyakinan Diri

Dengan self-leadership, Ardelia mampu switch career dari perusahaan konsultan ke teknologi. Meski sempat berkecil hati, ia tetap membawa hal-hal yang sudah dipelajari, seperti memecahkan masalah, delegasi, eksekusi, hingga akhirnya dibawa ke perusahaan teknologi.

Sulitnya Memimpin Diri Sendiri

Keterampilan kepemimpinan sebenarnya dapat muncul meskipun kita masih berada dalam posisi rendah. Pemimpin sejati tidak menunggu sampai berada dalam posisi yang tinggi untuk menjadi pemimpin. Mereka justru mencari kesempatan memimpin dan berkembang.

Akan tetapi, dalam bukunya True North, Bill George mengatakan dalam prosesnya yang tersulit adalah memimpin diri sendiri. Memimpin diri sendiri berarti kita harus mengenal diri sendiri, mulai dari kekuatan hingga kelemahan diri.

Selain itu, memimpin diri sendiri juga terdiri dari kemampuan untuk memberi batasan terhadap diri sendiri. Hal ini dilakukan dengan menerapkan work-life balance serta mengenali nilai-nilai pribadi dan menyelaraskannya dengan kehidupan profesional.

Mayoritas kita masih kesulitan menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan diri sendiri.

Padahal, menjaga kesehatan diri juga penting agar kinerja yang dihasilkan bisa maksimal. Ketika pemimpin tidak mempraktikkan self-leadership, mereka jadi mudah lelah dan akan berdampak pada penurunan produktivitas, kreativitas, dan rasa bahagia.

Cara Menumbuhkan Self-Leadership

Mengutip situs Ohio State University, self-leadership bukan berarti membuat seorang pemimpin akhirnya tidak memperhatikan anggota timnya karena terlalu berfokus pada diri sendiri.

Menerapkan konsep kepemimpinan ini justru menumbuhkan sifat empati dan memahami anggota tim juga memiliki kesempatan sama menerapkan work-life balance. Pemimpin yang hanya fokus pada anggota tim di atas kebutuhan mereka sendiri justru membuat proses tidak maksimal.

Untuk itu, menurut Harvard Business Review, seorang pemimpin harus memiliki kesadaran dari dalam diri. Kesadaran ini melibatkan pemahaman akan perasaan, keyakinan, dan nilai diri. Ketika tidak memahami diri sendiri, kita cenderung mudah menyalahkan hal-hal yang terjadi di luar kendali.

Pemimpin dengan kesadaran diri rendah biasanya melihat keyakinan dan nilai yang dipunya sebagai “kebenaran”. Alhasil, mereka jadi sulit menerima perspektif dan gagasan baru.

Kedua adalah memiliki empati terhadap orang lain. Kesadaran diri kali ini berasal dari eksternal yang melibatkan pemahaman bagaimana kata-kata dan tindakan kita bisa berdampak pada orang lain.

Baca juga: 5 Strategi Membangun Lingkungan Kerja Inklusif

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com