Oleh: Rangga Septio Wardana dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Membangun budaya kerja inklusif memiliki beberapa dampak positif, salah satunya memfasilitasi dan menghargai karyawan dengan berbagai karakteristik sehingga dapat berkontribusi maksimal.
Inklusivitas harus menjadi fokus dalam membangun lingkungan kerja yang sehat. Pasalnya, lingkungan kerja inklusif mampu mendorong karyawan meningkatkan inovasi, produktivitas, dan komponen penting dari kesuksesan.
Informasi ini pun menjadi pembahasan utama dalam siniar Obsesif bertajuk “Bangun Inklusivitas dalam Tim Kerja ft. Tita Djumaryo, CEO Ganara Art”, yang dapat diakses melalui tautan dik.si/ObsesifTTita.
Menurut penelitian yang dilakukan Harvard Business Review, perusahaan yang mampu menerapkan inklusivitas memperoleh 19 persen revenue lebih tinggi dalam hal inovasi. Oleh karena itu, lingkungan kerja yang inklusif menjadi perhatian penting bagi setiap perusahaan.
Melansir dari Understood, lingkungan kerja inklusif dapat diartikan sebagai ruang profesional yang membuat setiap karyawan merasa dihargai dan diakui keberagamannya. Lingkungan kerja inklusif juga akan menunjang setiap karyawan agar bisa berkontribusi lebih pada perusahaan.
Baca juga: Kuat Hadapi Masalah dengan Prinsip Antifragile
Dengan menerapkan inklusivitas, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dengan penuh kepercayaan diri.
Pemimpin perlu bersikap proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Pasalnya, karyawan pasti ingin memiliki suara dalam setiap pengambilan keputusan yang akan memengaruhi pekerjaan mereka.
Oleh sebab itu, diperlukan peran pemimpin yang proaktif untuk memfasilitasi karyawan dalam menyampaikan pendapatnya.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, perusahaan harus membuat karyawan merasa bahwa perspektif dan keterampilan unik yang mereka miliki dihargai. Oleh sebab itu, pemimpin perlu membangun komunikasi yang baik dengan karyawan agar mereka merasa dihargai.
Selain itu, perusahaan perlu menyediakan tempat kerja yang dapat menunjang setiap karyawan, seperti menyediakan sumber daya hingga peralatan penunjang pekerjaan.
Lingkungan kerja yang inklusif harus membuat karyawan merasa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan karier mereka.
Maka dari itu, perusahaan perlu bersikap proaktif menawarkan kesempatan kepada karyawan untuk mencapai tujuan profesional pribadi mereka, contohnya dengan mendukung pendidikan lebih lanjut, mempelajari keterampilan, atau mengembangkan hobi.
Dalam membangun tempat kerja yang inklusif, perusahaan perlu menciptakan lingkungan kolaboratif. Hal ini merupakan kunci keberhasilan bisnis dan menjadi bagian besar dari inklusivitas di tempat kerja.
Membangun rasa kepemilikan karyawan di perusahaan juga akan mendorong terciptanya lingkungan kerja yang inklusif. Pasalnya, hal ini dapat memengaruhi niat karyawan untuk bertahan.
Baca juga: Ekosistem Digital, Solusi Tepat untuk Efisiensi Bisnis
Selain itu, rasa kepemilikan di perusahaan juga akan memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan, keterlibatan, dan kesuksesan dalam peran karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pendekatan yang menarik dalam meningkatkan keterlibatan karyawan.
Banyak perusahaan yang menyatakan bahwa lingkungan kerja yang inklusif memiliki manfaat bagi keberlangsungan bisnis. Lingkungan kerja inklusif juga akan membuat organisasi lebih kuat dan sehat.
Dengarkan informasi lengkapnya dalam siniar Obsesif bertajuk “Bangun Inklusivitas dalam Tim Kerja ft. Tita Djumaryo, CEO Ganara Art” yang dapat diakses melalui tautan dik.si/ObsesifTTita.
Akses beragam kisah inspiratif leaders dalam membangun kariernya hanya melalui siniar Obsesif edisi LED Talk di TipTip!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya