Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyaluran Kredit BNI Capai Rp 650,8 Triliun di Semester I-2023

Kompas.com - 25/07/2023, 21:20 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan portofolio kredit pada semester I-2023 mencapai Rp 650,8 triliun, yang ditopang oleh segmen korporasi swasta blue chip yang tumbuh 17 persen secara tahunan dan segmen konsumer yang tumbuh 12 persen secara tahunan.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan, perseroan fokus dalam penguatan likuiditas guna menopang akselerasi penyaluran kredit pada semester berikutnya. Dia mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan pipeline penyaluran kredit BNI, sekaligus mengakuisisi debitur sehat.

“BNI yakin akselerasi pada semester kedua ini akan lebih baik. Transformasi perusahaan sudah mulai memberikan output dan dampak positif pada kinerja yang lebih baik dalam hal portofolio, likuiditas, hingga profitabilitas,” kata Royke dalam siaran pers, Selasa (25/7/2023).

Royke mengatakan, kualitas kredit juga semakin baik dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) turun 71 basis points (bps) menjadi 2,5 persen. Rasio pencadangan kredit bermasalah (NPL Coverage ratio) juga tetap terjaga di level yang aman yaitu di 3,1 kali pada Juni 2023.

Baca juga: Laba Bersih BNI Naik 17 Persen Jadi Rp 10,3 Triliun

Ekspansi kredit juga ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 10,6 persen secara tahunan menjadi Rp 765 triliun, sehingga membuat likuiditas menjadi lebih kuat dengan Loan To Deposits Ratio di posisi 85,1 persen.

“Dari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen. Tentunya, hal tersebut merupakan hasil dari kinerja BNI yang terjaga sehingga memungkinkan penguatan modal dapat terus terjadi secara organik,” katanya.

Sementara itu, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, kinerja fungsi intermediasi perseroan didukung oleh segmen korporasi swasta blue chip pada pertengahan tahun ini, yang portofolionya mencapai Rp 239,3 triliun, diikuti pula oleh segmen enterprise dengan portofolio Rp 52,1 triliun.

Adapun, segmen konsumer mampu membukukan kinerja yang sangat baik di secured segmen seperti griya dan payroll loan dengan pertumbuhan mencapai 11,7 persen secara tahunan menjadi Rp 116,4 triliun.

“Kinerja kredit ini, didukung dengan loan yield yang baik sekaligus kompetitif, sehingga kami mampu terus memfasilitasi kebutuhan ekspansi, sekaligus akuisisi debitur baru sebagai basis pertumbuhan ke depan,” kata Novita.

Baca juga: Pertumbuhan Kredit Kian Melambat, BI Beri Jamu Ini untuk Perbankan

Dari sisi komposisi likuiditas, upaya BNI untuk menumbuhkan basis nasabah aktif tetap menjadi fokus bisnis ke depan. Penambahan ini akan memperkuat basis likuiditas, khususnya pada CASA yang di pertengahan tahun ini mampu dijaga pada posisi 69,6 persen terhadap total DPK. Rasio CASA ini, membawa Perseroan pada pencapaian Cost of Fund yang terjaga di posisi 1,98 persen.

“Dengan berbagai tantangan dalam penghimpunan likuiditas, BNI tetap dapat menjaga posisi likuiditas yang baik. Upaya perbaikan kualitas kredit, melalui monitoring, penanganan, dan kebijakan perseroan sejauh ini telah berjalan cukup efektif,” lanjut dia.

Novita menuturkan, strategi pengelolaan kualitas aset yang disiplin ini, berdampak positif pada perbaikan kualitas aset BNI. Rasio kredit berisiko (Loan at Risk atau LAR) per Juni 2023 berada pada level 16,1 persen, membaik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 19,6 persen. LAR terdiri atas NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi.

Perbaikan rasio LAR terjadi konsisten pada ketiga aspek tersebut. NPL BNI per Juni 2023 pada level 2,5 persen, atau membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen.

Sementara itu, total kredit lancar yang direstrukturisasi juga membaik 270 bps menjadi 9,3 persen seiring dengan berjalannya skema restrukturisasi kredit dan pulihnya bisnis debitur.

Novita mengatakan, perbaikan kualitas aset tetap diimbangi dengan penyediaan pencadangan pada level yang kuat untuk mengantisipasi risiko. Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost pada semester pertama tahun 2023 sebesar 1,4 persen, menurun 70 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk periode yang sama tahun lalu sebesar 2,2 persen.

“Kami optimis ekspansi kredit yang lebih tinggi di semester kedua tahun ini, akan tetap berkorelasi positif pada kualitas kredit yang semakin baik. Kami menargetkan rasio kredit NPL untuk terus turun hingga akhir 2023,” katanya.

Baca juga: BCA Gelontorkan Kredit Rp 735,9 Triliun sampai Semester I-2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com