Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Banyak Orang Beli Mobil Listrik Tujuan Awalnya agar Bebas Ganjil Genap"

Kompas.com - 02/08/2023, 18:40 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Operasi PT Haleyora Power Diksi Erfani Umar mengatakan, mobil listrik kini banyak diminati oleh masyarakat.

Alasannya, agar terhindar dari pemberlakuan sistem ganjil-genap yang berlaku di Jakarta selama ini. Hal tersebut dia sampaikan usai menghadiri penandatanganan Nota Kesepahaman dengan ABB di Jakarta, Rabu (2/8/2023).

"Apalagi orang Jakarta sekarang, mobil listrik itu bebas ganjil-genap, luar biasa sekali. Banyak orang beli mobil listrik tujuan awalnya itu (bebas ganjil-genap), bebas ke mana saja everyday," kata dia.

Tahun ini saja, pemerintah menargetkan sebanyak 8.000 masyarakat akan beralih ke mobil listrik. Sedangkan anak usaha PT PLN (Persero) ini memperkirakan akan melebihi target tersebut.

Baca juga: Mobil Listrik di China Disebut Lebih Murah dari RI, Luhut: Dilihat Dulu Tipenya

"Kalau pemerintah sekarang menargetkan tahun ini 8.000 (pengguna kendaraan listrik), rasanya akan lebih banyak lagi lah, kita yakin kok itu. Itu terbukti mobil listrik menjadi mobil harian, mobil utama. Banyak sudah begitu, dari beberapa customer yang kita temuin mobil BBM itu jadi mobil cadangan," ucap Diksi.

Tantangan Penyediaan SPKLU

Diksi bilang, masyarakat memang lebih memilih mengendarai mobil listrik hanya seputar antar kota. Namun untuk luar kota atau jarak yang jauh masih menggunakan mobil bahan bakar minyak (BBM).

Lantaran masih minimnya ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di lokasi-lokasi yang jauh, contohnya di luar Jabodetabek.

"Mereka bilang begini 'kalau untuk Jakarta Pak Diksi, aman kita pakai mobil listrik. Tapi kalau memang saya keluar kota sementara saya pakai mobil biasa dulu dah'. Artinya, itu yang mau kita jawab kedepan, penyediaan SPKLU yang menjadi lokasi-lokasi tujuan perjalanan pelanggan harus lebih banyak lagi," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah berupaya menyediakan pengisi daya kendaraan listrik secara cepat (fast charging). Maka dari itu, Haleyora Power menggandeng ABB Indonesia.

Baca juga: Hilirisasi Nikel Ditentang Eropa, Mendag: Kita Mati-matian Jadi Pusat Mobil Listrik

"Saat ini kita masih di medium charging. Dari populasi yang ada dari hampir 700an (SPKLU), 60 persennya di medium charging itu kurang lebih 25 watt, 30 watt. Fast charging itu nanti kecepatan mengisi mobil listrik itu akan lebih bagus lagi," ujar Diksi.

Namun tak menutup kemungkinan pemerintah akan menyediakan juga super cepat pengisi daya mobil listrik (ultra fast charging).

"Kalau teknologi mobil itu memungkinkan, ultra fast charging lebih bagus lagi. Karena akan membutuhkan waktu anggaplah paling lama setengah jamlah untuk mobilnya sampai penuh," pungkas Diksi.

Perusahaan global bergerak di bidang elektrifikasi, ABB dan Haleyora Power menandatangani Nota Kesepahaman dalam mengembangkan dan menyediakan SPKLU di Indonesia.

Plt. Direktur Utama Haleyora Power, Isral menuturkan, pemerintah menargetkan 2,1 juta motor listrik dan 20.000 kendaraan listrik sudah beroperasi pada 2025.

Peningkatan jumlah kendaraan listrik tersebut tentu harus dibarengi dengan infrastruktur pendukung seperti layanan pengisian daya. Dalam konteks inilah, MoU antara Haleyora Power dengan ABB menjadi pondasi penting.

Baca juga: Blue Bird Mau Tambah 500 Unit Mobil Listrik Secara Bertahap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com