Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, BI "Update" Insentif Likuiditas Perbankan

Kompas.com - 09/08/2023, 12:59 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memperbarui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk perbankan. Langkah ini dilakukan bank sentral untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, dengan cara mendorong perbankan menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor yang telah ditentukan.

KLM merupakan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM). Melalui insentif ini, bank berpotensi menerima pengurangan GWM jika menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor usaha yang telah ditetapkan.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M. Juhro mengatakan, KLM yang pertama kali diterapkan pada 1 Maret 2022 telah mendongkrak kredit perbankan. Insentif tersebut diburu oleh perbankan untuk mendapatkan likuiditas tambahan, sekaligus mengerek portofolio kreditnya.

Baca juga: Cara Transfer BRI ke BCA, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI via BI Fast

"Ini dari evaluasi kita terbukti insentif ini terbukti berdampak positif terhadap penyaluran kredit," ujar dia dalam Taklimat Media Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Besarnya minat perbankan untuk memanfaatkan insentif KLM juga terefleksikan dari nilai pelonggaran giro yang diberikan BI. Solikin menyebutkan, nilai pelonggaran giro yang telah diberikan mencapai Rp 108,4 triliun.

Dengan melihat keberhasilan tersebut, BI memutuskan untuk memperbarui insentif KLM. Dengan pembaruan ini, BI meningkatkan besaran insentif pelonggaran GWM yang diberikan kepada perbankan.

Baca juga: BI Terbitkan Aturan Main Parkir Devisa Hasil Ekspor

Pada besaran insentif pelonggaran GWM, besaran totalnya ditingkatkan dari 2,8 persen menjadi 4 persen. Nilai tersebut merupakan akumulasi dari insentif pembiayaan perbankan kepada sektor tertentu yang ditetapkan sebesar 2 persen, insentif kepada bank yang menyalurkan pembiayaan inklusif sebesar 1,5 persen, dan insentif terhadap penyaluran kredit menjadi paling besar 0,5 persen.

"Kalau bank rajin (menyalurkan kredit) bisa semua dimanfaatkan," kata Solikin.

Selain itu, dalam pelaksanaan KLM Tahap 4, BI juga menyesuaikan sektor prioritas atau tujuan penyaluran kredit. Solikin menjelaskan, pada tahap-tahap sebelumnya, insentif KLM difokuskan untuk segmen usaha yang terdampak Covid-19 dan dapat membantu pemulihan ekonomi. Seiring berakhirnya pandemi, BI mengalihkan fokusnya ke segmen yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Burung Elang BI: Strategi Berkelik dari Risiko Ekonomi?

Oleh karenanya, sektor prioritas yang ditetapkan dalam KLM Tahap 4 ialah sektor hilirisasi minerba dan non minerba, perumahaan, serta pariwisata. Selain itu, BI juga masih mempertahankan sektor inklusif dan pembiayaan hijau.

"Sekarang ini KLM difokuskan pada sketor-sektor tertentu yang bisa memiliki daya ungkit ekonomi," ucap Solikin.

Sebagai informasi, KLM Tahap 4 baru akan mulai diterapkan pada 1 Oktober 2023. Tanggal tersebut dipilih dengan pertimbangan perbankan mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana terkait KLM.

Baca juga: Pertumbuhan Kredit Kian Melambat, BI Beri Jamu Ini untuk Perbankan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com