Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dewi Astuti dari Pekerja Kini Bangun Usaha Berkonsep “Zero Waste”

Kompas.com - 09/08/2023, 18:39 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan panjang telah dilalui Dewi Astuti dalam membangun bisnis fesyen di bawah merek “Ghawean Dewe”.

Ghawean Dewe sendiri artinya bikinan alias buatan Dewe. Dewe diambil dari nama panggilan yang disematkan orang-orang terdekat kepada Dewi.

Melalui Ghawean Dewe, Dewi menuangkan kreativitasnya menciptakan produk fesyen dan aneka aksesori berbahan batik, serta kecintaannya kepada anak-anak.

Baca juga: Ini Kisah 2 UMKM yang Berhasil Tingkatkan Omzet dan Masuk Pasar Ekspor

Tak hanya berbisnis, Dewi juga memperhatikan aspek lingkungan dalam menjalankan usahanya. Ia mengusung konsep sustainable batik alias batik berkelanjutan dan zero waste, untuk mengurangi limbah batik.

Dewi memastikan, limbah atau sisa kain batik hingga bagian terkecilnya “disulap” menjadi berbagai produk. Salah satunya yang paling diminati adalah boneka batik yang diolah dari kain perca.

Boneka batik ini bahkan diminati oleh pembeli dari Jepang saat pameran Festival UMKM Merdeka yang diikutinya melalui program pemberdayaan UMKM PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), yaitu Sampoerna Enterpreneurship Training Center (SETC).

Festival UMKM Merdeka diadakan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pada 28 Juli-1 Agustus 2023 di Grand Indonesia, Jakarta.

Dewi menjelaskan, pilihan menerapkan konsep zero waste atas kain-kain batik sisa produksi karena ingin berkontribusi mengurangi jumlah sampah/limbah batik.

“Kami mengusung konsep sustainable batik yang merupakan upaya dan inovasi untuk memproduksi produk dengan tidak membuang sisa-sisa hasil produksi. Sisa-sisa hasil produksi tersebut diolah menjadi berbagai produk seperti batik anak, aksesori, tas, dan produk batik lainnya yang ramah lingkungan dan tetap menjaga nilai budaya Indonesia,” ujar Dewi dikutip dalam siaran pers Sampoerna, Rabu (9/8/2023).

Di tangan Dewi, kain-kain perca batik itu diolah kembali menjadi produk berdaya guna hingga bagian terkecilnya. “Sampai potongan terkecil menjadi kalung anak. Walau dari limbah kain, tapi tetap aman dan nyaman karena produk Ghawean Dewe telah memiliki sertifikat SNI,” kata dia.

Produk yang dihasilkan Ghawean Dewe juga memperhatikan kualitas hingga bisa diturunkan kepada generasi berikutnya.

Ia mencontohkan, pakaian bisa “dilungsurkan” kepada adik atau saudara, demikian pula boneka dan aksesori lainnya. Di sinilah prinsip berkelanjutan (sustainable) itu terjadi.

Baca juga: Punya Uang Rp 100.000, Bisa Investasi ke Instrumen Apa Saja?

Perjalanan bisnis Dewi

Bisnis yang dijalani Dewi saat ini merupakan buah dari ketekunan dan passion yang dirawatnya sejak dari bangku kuliah. Jalan dan cerita yang panjang.

Dewi mengisahkan, ia belajar memasarkan dan menjual produk kreasi temannya saat kuliah karena kebutuhan untuk bertahan hidup. Dewi dan temannya, yang saat itu kuliah di salah satu perguruan tinggi di Padang, Sumatera Barat, tak bisa hanya mengandalkan uang kiriman orangtuanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com