Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilirisasi Bukan Nikel atau Tembaga Saja, IKM Pun Harus Berperan

Kompas.com - 04/09/2023, 12:44 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hilirisasi tidak hanya menyasar pada industri skala besar saja, tetapi juga untuk sektor industri kecil dan menengah (IKM).

Industrialisasi melalui kebijakan hilirisasi dinilai stategis memberikan peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa seperti pajak.

Hal ini disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat pemaparan hasil Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global di Jakarta, Jumat, 1 September 2023 lalu.

"Jadi, hilirisasi itu bukan urusan nikel atau tembaga saja, yang dilakukan industri besar-besar, tetapi pelaku IKM pun harus berperan dalam hilirisasi ini seperti pengolahan kopi, kelapa sawit, atau rumput laut," tutur Menperin Agus melalui keterangan pers, Senin (4/9/2023).

Baca juga: Jokowi: Presiden Selanjutnya Jangan Hentikan Hilirisasi

Ia menambahkan, sesuai arahan Presiden, hilirisasi merupakan window of opportunity atau jendela peluang bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan, dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi EBT.

Kebijakan hilirisasi juga didorong untuk dapat mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), petani, dan nelayan, sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.

Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Melesat, Ungguli Malaysia hingga China

PMI Indonesia Agustus 2023

Hasil Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global menunjukkan per Agustus 2023 berada di level 53,9 atau naik 0,6 poin dibandingkan pada Juli 2023 yang tercatat di posisi 53,3.

Hal ini menunjukkan optimisme pelaku industri manufaktur di tanah air untuk melakukan perluasan usahanya karena didukung permintaan pasar yang meningkat dan kebijakan pemerintah yang probisnis.

"Laju ekspansi PMI Manufaktur ini masih didorong oleh pertumbuhan dari permintaan baru, terutama permintaan luar negeri atau global yang turut memacu percepatan produksi. Hal ini juga berdampak pada penambahan serapan tenaga kerja," kata Menperin Agus.

Baca juga: Tumbuh Impresif, PMI Manufaktur Indonesia Kian Melesat

PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 menggenapkan selama 24 bulan berturut atau sepanjang dua tahun terakhir ini berada di atas 50 poin, menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih bertahan dalam kondisi ekspansif. Laju ekspansi PMI Manufaktur Agustus 2023 juga merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun.

Pada bulan kedelapan tahun ini, PMI Manufaktur Indonesia mampu melampaui PMI Manufaktur Taiwan (44,3), Malaysia (47,8), Thailand (48,9), Filipina (49,7), dan Myanmar (53,0). Selain itu menggungguli PMI Manufaktur Jerman (39,1), Inggris (42,5), Belanda (45,9), Amerika Serikat (47,0), Korea Selatan (48,9), Jepang (49,6), dan China (51,0).

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com