Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Bos IMF, Perekonomian ASEAN ibarat Titik Terang di Cakrawala yang Redup

Kompas.com - 06/09/2023, 06:49 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva membawa kabar baik untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN. Di tengah kondisi global yang masih penuh tantangan, perekonomian ASEAN diproyeksi terjaga dan melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi.

Dalam gelaran ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF), Kristalina memaparkan, perekonomian global saat ini masih dihadapkan pada fenomena suku bunga acuan yang tinggi. Kondisi ini diproyeksi berlangsung hingga 2025, menyusul tingkat inflasi yang masih tinggi di banyak negara.

Di tengah fenomena yang biasa disebut "higher for longer" itu, Kristalina menyebutkan, perekonomian ASEAN masih akan tumbuh positif. Ia pun mengibaratkan perekonomian ASEAN sebagai titik terang di cakrawala yang redup.

Baca juga: Jokowi Terima Bos IMF di Istana, Bahas Situasi Ekonomi Dunia

"Pertama-tama, izinkan saya sampaikan kabar yang sangat baik tentang ASEAN. ASEAN seharusnya melanjutkan pertumbuhan yang dinamis," ujar dia dalam ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF), Selasa (5/9/2023).

Lebih lanjut ia menyebutkan, ekonomi ASEAN diproyeksi tumbuh di kisaran 4,5 - 4,6 persen pada 2023. Angka itu lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen.

Meskipun demikian, Kristalina menekankan, momentum pertumbuhan itu perlu dijaga dengan sejumlah langkah. Menurutnya, terdapat tiga langkah yang perlu diperhatikan ASEAN agar dapat melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Jokowi: Hampir Separuh Negara di Dunia Jadi Pasien IMF

Pertama, memastikan stabilitas kebijakan makro dan keuangan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kepercayaan konsumen dan investor. Langkah ini pun sebenarnya dinilai tidak mudah, sebab terdapat pilihan yang perlu diambil pemerintah.

Kristalina mencontohkan kebijakan yang diambil oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam perumusan kebijakan fiskal, Sri Mulyani perlu menyeimbangkan anggaran belanja yang bertujuan melindungi masyarakat rentan, di sisi lain menyediakan insentif bagi para pelaku usaha.

"Dan di sisi lain harus membuat penyangga untuk guncangan ke depan," katanya.

Baca juga: Gubernur BI: Kita Tidak Peduli dengan Pernyataan IMF

Adapun untuk mengakomodir berbagai kepentingan tersebut, solusinya ialah dengan memastikan target penarikan pajak terpenuhi. Pada saat bersamaan, fokus mengalokasikan anggaran belanja yang akan berdampak besar.

Alokasi anggaran belanja itu menjadi berkaitan dengan poin kedua Kristalina. Ia menyebutkan, dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, ASEAN perlu fokus melakukan belanja edukasi dan keahlian.

"Warga negara di ASEAN harus memiliki keahlian secepatnya. Karena kita tahu saat ini sudah ada AI," katanya.

Baca juga: Menko Airlangga Sebut 30 Negara Jadi Pasien IMF, 11 Mulai Membaik

Terakhir, Kristalina mendorong negara anggota ASEAN untuk berani menyuarakan kepentingannya. Negara ASEAN diminta untuk tidak ragu melakukan kerja sama internasional ketika membutuhkan bantuan.

"Tidak ada yang lebih cocok (melakukan ini) dibanding kalian, karena anda mengedepankan keberagaman," ucap dia.

Baca juga: IMF: PDB Indonesia Paling Besar di ASEAN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com