Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Ada Praktik Monopoli, Bapanas Sidak Gudang Beras Wilmar

Kompas.com - 14/09/2023, 12:10 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Gudang Wilmar di Serang, Banten pada Selasa (12/09/2023).

Hal itu menyusul adanya dugaan praktik monopoli beras yang dilakukan Wilmar melalui unit bisnis usahanya PT Wilmar Padi Indonesia (WPI).

Dari hasil sidak tersebut, Arief mengakui pasokan GKP ke salah satu penggilingan besar ini mengalami jauh penurunan dan sangat terbatas hari ini. Stok GKP hanya 250 ton untuk giling beberapa hari ke depan.

Hal ini ditengarai karena siklus produksi saat ini berada di musim panen gadu, di mana produksi padi jauh lebih rendah dari panen raya.

Baca juga: Gelontorkan Beras SPHP di Pasar hingga Ritel, Pemerintah Optimistis Bisa Tekan Harga

 

Berdasarkan KSA BPS neraca produksi padi bulanan pada Agustus hingga Desember mengalami defisit. Ditambah lagi El Nino yang berpotensi berdampak pada produksi nasional.

Arief mengatakan, saat ini merupakan kesempatan besar untuk mengakselerasi produksi di tengah tantangan yang ada.

"Teman-teman penggilingan padi baik becil, besar, korporasi swasta juga mengalami penurunan pasokan Gabah Kering Panen (GKP). Saat ini tantangan yang sebenarnya bukan di penggilingan padi karena merupakan hal yang bagus dengan banyaknya penggilingan padi di Indonesia. Tantangan utamanya adalah bagaimana kita bersama-sama genjot produksi nasional,” ujar Arief dalam siaran persnya, dikutip Kamis (14/9/2023).

“Di samping itu, Bapanas mendorong adanya upaya pemerintah dalam melakukan revitalisasi alat di teman-teman penggilingan padi skala kecil, agar tidak kalah bersaing dan kualitas giling dapat menghasilkan beras berkualitas premium. Upgrade seperti ini penting untuk segera diwujudkan," sambung Arief.

Baca juga: Daftar 10 Provinsi Produsen Beras Terbesar di Indonesia

Sementara itu, General Manager Kawasan Industri Terpadu Wilmar Serang Tenang Sembiring membantah adanya monopoli beras. Perusahaannya saat ini hanya menyerap 2,5 persen dari keseluruhan produksi padi yang ada di wilayah Banten.

"Kami mulai produksi sejak Juni 2022. Selama Januari hingga Agustus 2023 jumlah gabah petani yang diserap ada sampai 69.000 ton. Sementara produksi gabah di Banten diperkirakan di angka 1,5 juta ton. Mengacu hal tersebut, persentase penyerapan gabah petani kami ada sekitar 2,5 persen," jelasnya.

"Jadi bagaimana kami bisa melakukan monopoli dan menentukan harga, sementara supplier kami juga berasal dari penggilingan padi di wilayah ini," sambung Tenang.

Tenang juga memaparkan bahwa selama Agustus tahun ini, penyerapan GKP yang dapat diserap Wilmar Serang hanya 5 persen dari rerata realisasi produksi atau sekitar 200 ton per hari.

Dikatakannya pula bahwa semenjak minggu pertama Agustus 2023, pihaknya hanya menyerap 1.750 metrik ton (MT) gabah.

"Kita akan stop supply beras karena tidak ada lagi stok gabah per hari ini, hanya ada stok 350 MT saja," ujarnya.

Baca juga: Presiden Joko Widodo Cek Gudang Bulog, Pastikan Stok Beras Aman

Menyikapi itu, Bapanas turut menaruh perhatian pada penyebab menggeliatnya harga GKP yang telah menyentuh kisaran harga Rp 6.700-7.000/Kg. Ini dikarenakan harga beras di tingkat akhir sangat bergantung pada harga GKP tersebut.

“Inilah pentingnya food reserve atau Cadangan Pangan Pemerintah yang dikelola oleh pemerintah bersama BUMN klaster pangan. Dalam kondisi apapun, kita harus punya stok yang mumpuni dan untuk pemenuhan stok tersebut, prioritasnya tentu berasal dari ketersediaan produksi dalam negeri,” ujar Arief.

Dengan stok beras yang tersedia tersebut, Arief mengimbau masyarakat agar menerapkan belanja bijak sehingga terbentuk budaya konsumsi pangan yang terkendali, sehingga stabilitas pangan tetap terjaga.

"Saya mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan belanja bijak, belanja sesuai kebutuhan, membeli keperluan pangan sesuai kebutuhan dan tidak perlu belanja melebihi kebutuhan yang memicu kelangkaan pasokan dan lonjakan harga," pungkas Arief.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com