JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia bisnis Indonesia berduka karena meninggalnya CEO General Electric (GE) Indonesia Handry Satriago pada Sabtu (16/9/2023).
Ucapan duka cita mengalir, salah satunya dari Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani.
"Saya ingin mengenang beliau tak hanya dalam duka, tapi juga sukacita. Merayakan semangat hidupnya yang telah banyak menginspirasi saya," ucap dia.
Baca juga: CEO General Electric Indonesia Handry Satriago Tutup Usia
Di mata Shinta, Handry Satriago adalah sosok yang inspiratif. Handry bisa melewati berbagai rintangan dan mampu menjadi CEO General Electric Indonesia.
Sejak remaja, Handry didiagnosis menderita kanker kelenjar getah bening. Hal inilah yang mengharuskannya duduk di kursi roda.
Adapun General Electric adalah perusahaan terkemuka Amerika Serikat dan salah satu perusahaan terbesar yang bisnisnya beragam di dunia.
Perusahaan tersebut bergerak dalam berbagai bidang mulai dari kelistrikan, elektronik, permesinan, modal ventura, hingga layanan keuangan.
"Prestasi beliau justru mengalahkan banyak di antara kita, yang mungkin tak memiliki kekurangan fisik apa pun," katanya.
Baca juga: Handry Satriago adalah Pengingat, Hidup Harus Diperjuangkan dan Dirayakan
Handry jadi CEO General Electric Indonesia pada 2010. Sebelum ditunjuk jadi CEO, ia menjabat sebagai Manajer Pengembangan Bisnis General Electric Indonesia.
Handry sempat menceritakan pengalamannya sebelum ditunjuk jadi bos perusahaan tersebut. Awalnya, ia beserta beberapa petinggi General Electric Indonesia tengah melakukan kunjungan kerja ke Vietnam pada pertengahan 2010.
Namun setelah acara selesai, Handry diberitahu seorang staf bahwa tiket pulangnya ke Indonesia telah dibatalkan. Saat itu, ia terkejut dan heran.
"Terus saya bertanya, pulangnya dengan apa," kenang Handry saat memberikan motivasi dan inspirasi di Kampus Binus Bussiness School, Jakarta, Senin (26/8/2013).
Staf tersebut lantas memberitahukan bahwa Handry ditunggu oleh Presiden GE ASEAN Stuart Dean untuk membicarakan sesuatu.
Namun pembicaraan dilakukan dalam perjalanan pulang ke Indonesia dengan pesawat jet pribadi. Handry mengakui, saat itu ia sangat canggung karena merupakan pengalaman pertamanya.
Saat itulah, Stuart mengatakan kepadanya bahwa dia dipromosikan untuk menjadi CEO GE Indonesia.