Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasihat BEI untuk Investor Ritel Sebelum Memulai Investasi di Pasar Modal

Kompas.com - 18/09/2023, 06:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan mengatakan, sebelum investor mengambil keputusan untuk berinvestasi di pasar modal, ada persiapan yang harus dilakukan.

“Kami memiliki istilah 3P, paham, punya, dan pantau. Paham, kalau beli saham paling enggak kita harus paham dengan tujuan investasi kita, dan tahu karakteristik kita,” kata Verdi di Jakarta, Jumat (15/9/2023).

Kemudian, punya. Verdi bilang, tidak perlu banyak memiliki saham pada tahap awal. Hal ini agar investor pemula bisa langsung ke praktek investasi di pasar modal, tapi juga tidak mengalami rugi yang terlalu besar.

Baca juga: Serba-serbi Memulai Investasi Saham untuk Pemula, Mulai dari Persiapan hingga Eksekusi

Selanjutnya, pantau. Menurut Verdi, setelah membeli saham, investor harus memantau pergerakan sahamnya. Hal ini ditujukan agar, investor mendapatkan profit yang maksimal dan mengurangi risiko investasi, manakala harga sahamnya mengalami penurunan.

“Punya saham, saat ini juga bisa modal Rp 100.000, kemudian, investor perlu memantau pergerakannya. Tapi tidak hanya sekedar itu, investor juga harus meliat perkembangan ekonomi, kondisi perusahaan, berita, hingga suku bunga,” ujar dia.

“Kalau punya saham, jangan didiamkan, harus dipantau, karena belajar itu informasinya bisa dari mana saja,” lanjut dia.

Baca juga: Begini Strategi BEI Lindungi Investor dari Saham-saham Gorengan

Saat ini investor di BEI berjumlah lebih dari 11 juta. Sementara untuk investor saham hampir 5 juta, atau meningkat signifikan terutama saat pandemi Covid-19. Ini tentu jauh berbeda jika dibandingkan dengan periode tahun 2013-2014, yakni 300.000 – 400.000 investor.

“Dalam 5 tahun terakhir ini jumlah investor mengalami peningkatkan. Harga saham juga melonjak terutama saat pandemi. Penyebabnya karena banyak orang di rumah tidak melakukan apa-apa, sehingga bisa melakukan transaksi (saham) misalnya,” ungkap dia.

“Untuk menjadi investor gampang, dari aplikasi cuma butuh waktu 5 menit saja bisa menjadi investor. Kebanyakan, masyarakat mengengah ke atas (saat pandemi) yang pengeluarannya berkurang sehingga beralih ke saham. Jumlah dana di perbankan juga mengalami peningkatan saat itu,” lanjut dia.

Baca juga: Mengenal Analisis Fundamental dan Teknikal pada Saham


Dia menyebutkan, dari survei OJK pada 2022, selama pandemi terjadi atau 3 tahun terakhir, jumlah investor yang meningkat, tidak dibarengi dengan literasi yang tumbuh. Namun, para investor terus membekali diri dengan edukasi-edukasi terkait investasi.

Sehingga, diperkirakan pada tahun 2025, tingkat literasi diharapkan akan lebih baik. Di sisi lain, para investor juga terus melanjutkan investasinya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com