Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Beberkan 3 Faktor yang Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 02/10/2023, 17:33 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia atau World Bank menjabarkan, tiga faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia melemah.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo menjabarkan, tiga faktor itu terkait kondisi utang yang terus membengkak, melambatnya ekonomi China, dan masalah iklim perdagangan dunia.

Ia menjelaskan, bengkaknya utang negara di kawasan ini terjadi setelah pandemi Covid-19. Hal itu membuat ruang fiskal terbatas, menghambat investasi publik, dan membebani investasi swasta.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Sektor Jasa Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

"Kawasan yang dikenal sebagai kawasan hemat ini, mereka mengalami tingkat utang yang sangat tinggi. Bukan hanya ditunjukkan oleh satu negara atau pemerintah, tetapi juga di sektor korporasi dan rumah tangga," kata dia dalam konferensi pers bertajuk World Bank East Asia and Pacific Economicc update Oktober 2023, Senin (2/10/2023).

Ia menjelaskan, rumah tangga memiliki sisa uang yang sedikit. Sementara sisi pemerintah dan korporasi mengindikasikan sumber daya untuk investasi semakin berkurang.

Kedua, kondisi ekonomi China yang melambat juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Capai 5 Persen pada 2023

Peningkatan utang dan pelemahan aset properti China menjadi faktor yang membuat ekonomi melambat.

"Pada saat bersamaan, China beralih dari model pertumbuhan macam itu yang bergantung pada konsumsi dan investasi," imbuh dia.

Hal itu untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berjalan inklusif. Artinya, manfaat ekonominya dapat dibagi secara luas dan stabil.

Baca juga: Menlu: IMF dan Bank Dunia Puji Pertumbuhan Ekonomi ASEAN

Sebagai catatan, China selama ini bergantung pada pertumbuhan investasi di bidang infrastruktur dan real estat. Namun, sektor ini semakin melamah dan membuat banyak perusahaan berutang.

Lebih lanjut Aaditya menerangkan, faktor ketiga adalah pengetatan iklim perdagangan global.

Permintaan global terus melambat. Itu dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik diberbagai wilayah, salah satunya antara China dan Amerika Serikat (AS).

Namun begitu, Aaditya bilang kawasan ini memiliki peluang dengan melakukan revolusi digital melalui reformasi.

Baca juga: Disorot Luhut, Ini Alasan Bank Dunia Turunkan Indeks Performa Logistik Indonesia

"Reformasi jasa dan digitalisasi dapat menghasilkan siklus yang baik dalam meningkatkan peluang ekonomi serta mengembangkan kapasitas sumber daya manusia yang mendorong pembangunan di kawasan ini," tandas dia.

Sebagai informasi, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik ada pada kisaran 5 persen pada 2023.

Namun, pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan pada semester II-2023. Pada 2024, pertumbuhan ekonomi kawasan ini diprediksi 4,5 persen.

Baca juga: Krisis Sri Lanka, Bank Dunia Bakal Gelontorkan Rp 10,53 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com