Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Lewat "E-commerce" ke Indonesia Didominasi dari China

Kompas.com - 13/10/2023, 06:44 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Impor barang melalui platform e-commerce belakangan menjadi sorotan berbagai pihak. Pasalnya, maraknya impor barang ke Tanah Air dinilai menjadi salah satu penyebab tergerusnya kinerja pelaku usaha dalam negeri, khususnya pelaku UMKM.

Direktur Teknis Kepabeanan, Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Fadjar Donny Tjahjadi mengatakan, impor barang melalui platform e-commerce memang mengalami peningkatan signifikan sejak 2019. Tercatat pada 2018 dokumen pengiriman barang (consignment note/CN) hanya mencapai 19,6 juta, sementara pada 2019 melonjak menjadi 71,5 juta CN.

"Terjadi peningkatan 3 kali lipat pada 2019," ujar dia, dalam media briefing, di Jakarta, Kamis (12/10/2023).

Setelah itu, jumlah pengiriman barang tercatat stagnan. Tercatat jumlah dokumen CN pada 2020 sebanyak 61,1 juta, kemudian 61,5 juta pada 2021, dan 61,3 juta pada 2022.

Baca juga: Kata Buwas, Impor Beras dari China Jadi Opsi Terakhir

Jika dilihat berdasarkan negara asal, impor barang melalui platform e-commerce utamanya berasal dari China. Berdasarkan data Ditjen Bea dan Cukai, barang impor dari China memiliki pangsa lebih dari 20 persen dari total impor barang e-commerce ke Indonesia.

Pada 2021, nilai devisa impor dari China mencapai 186,9 juta dollar AS, atau setara 24,9 persen total impor barang.

Kemudian pada 2022 nilainya sebesar 151,2 juta dollar AS atau setara 21,4 persen total impor barang. Adapun pada tahun ini hingga Mei lalu, nilai devisa impor dari China sebesar 61,9 juta dollar AS atau setara 24,3 persen.

"Kami mencatat dari kegiatan importasi dari barang kiriman, kami mencatat 5 besar, top 5 asal barang didominasi China," kata Fadjar.

Baca juga: Kemendag Tolak Permintaan Pedagang Tanah Abang untuk Tutup E-commerce


Mengekor China ialah Hong Kong. Ditjen Bea dan Cukai mencatat, nilai devisa impor dari Hong Kong sebesar 123,7 juta dollar AS pada 2021 atau setara 16,5 persen. Kemudian pada 2022 nilainya sebesar 120 juta dollar AS atau setara 17 persen. Lalu, hingga Mei 2023 nilai devisa impor telah mencapai 38,6 juta dollar AS atau setara 15,2 persen.

Lalu di posisi ketiga ialah Singapura, dengan nilai devisa impor sebesar 97,2 juta dollar AS atau setara 13 persen pada 2021. Pada tahun berikutnya, devisa impor Singapura meningkat menjadi 112,5 juta dollar AS atau setara 15,9 persen. Selanjutnya hingga Mei 2023 nilai devisa impor sebesar 36,6 juta dollar AS atau setara 14,4 persen.

Posisi keempat ialah Jepang dengan nilai devisa impor pada 2021 mencapai 53,8 juta dollar AS atau 7,2 persen. Kemuduian pada 2022 meningkat menjadi  63,1 juta dollar AS atau 8,9 persen. Adapun hingga Mei 2023 devisa impor Jepang mencapai 18,1 juta dollar AS atau 7,1 persen.  

Terakhir, posisi kelima ditempati Amerika Serikat dengan devisa impor mencapai 51 juta dollar AS atau 6,8 persen pada 2021. Kemudian, tahun berikutnya 51,4 juta atau 7,3 persen. Dan hingga Mei 2023 mencapai 21,1 juta dollar AS atau 8,3 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com