Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Nugroho SBM
Dosen Universitas Diponegoro

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah di Tahun Politik

Kompas.com - 10/11/2023, 05:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NILAI tukar rupiah pada penghujung 2023 dan mungkin masih sama pada awal 2024 menghadapi tekanan berat.

Pertama, konflik geo-politik yang masih terjadi, bahkan bertambah berat. Konflik geo-politik tersebut bertambah berat karena semula hanya ada perang Rusia-Ukraina, yang sampai sekarang belum selesai, sekarang bertambah konflik Hamas-Israel.

Dua konflik besar itu berdampak negatif yang sama, yaitu naiknya harga sebagian besar sumber energi dan pangan.

Kenaikan harga sumber energi dan pangan karena negara-negara yang terlibat konflik, yaitu Ukraina, Rusia, dan Israel merupakan negara sumber pangan dan energi yang besar di dunia.

Ketika ada konflik atau perang di negara-negara tersebut, maka pasokan energi dan pangan dunia terganggu sehingga harganya naik.

Kenaikan sumber energi dan pangan akan menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat inflasi di negara-negara besar pengimpor, seperti AS dan Jepang.

Kenaikan inflasi di negara-negara maju dan besar tersebut akan diredam dengan menaikkan suku bunga acuan atau kebijakan masing-masing.

Memang The Fed – Bank Sentral AS- di luar perkiraan banyak pihak baru-baru ini menahan suku bunga kebijakannya, yaitu Fed Rate di tingkat 5,25 sampai 5,5 persen.

Namun, tidak berarti pada masa depan Fed Rate akan dipertahankan. Ada kemungkinan masih akan dinaikkan mengingat inflasi di AS saat ini masih tinggi sebesar 3,7 persen (year on year) pada September 2023, masih jauh dari target The Fed sebesar 2 persen.

Untungnya, untuk sementara waktu Bank of England (Bank Sentral Inggeris) dan Bank of Japan (Bank Sentral Jepang) juga menahan suku bunga acuannya.

Tapi sekali lagi, tidak berarti bank-bank sentral itu tidak menaikkan suku bunga acuannya kalau situasi konflik geo-politik tidak mereda.

Dampak suku bunga di negara-negara maju yang masih tinggi dalam jangka panjang (higher for longer) tersebut berpotensi mengeluarkan modal asing (capital outflow), yang bisa menyebabkan nilai tukar rupiah, khususnya terhadap dollar AS melemah.

Tahun Politik

Kedua, tahun politik menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Akhir 2023, pemanasan kampanye antarcalon sudah mulai terjadi.

Bila tak dikelola dengan baik, maka akan membuat stabilitas harga terganggu. Distribusi barang bisa terganggu karena sudah dimulainya rapat-rapat umum, meski belum dimulainya masa kampanye.

Kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah akan melemah. Hal tersebut akan berlanjut menjelang digelarnya pemilu pada Februari 2024.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com