Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamentan: Indonesia Punya Potensi Swasembada Jagung

Kompas.com - 15/11/2023, 18:39 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi menyatakan, Indonesia berpotensi untuk melakukan swasembada jagung. Syaratnya, produksi jagung harus bisa ditingkatkan.

Dia menyebutkan, upaya peningkatan produktivitas jagung bisa dilakukan melalui program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan atau Kesatria.

Lewat program itu ada sebanyak 175.000 hektar lahan sawit yang tersebar di 22 Provinsi akan digarap untuk penanaman jagung. Nantinya di sepanjang tanaman sawit yang belum menghasilkan tandan buah segar akan ditanamani jagung.

Baca juga: Kejar Masa Tanam, Kementan Amankan Produksi Beras dan Jagung

"Kalau saja optimalisasi lahan perkebunan, khususnya kelapa sawit dapat memenuhi produksi jagung 500.000 ton, tentu impor bisa kita kurangi atau bahkan bisa kita stop. Indonesia punya potensi untuk swasembada jagung dan kita harus mampu," ujarnya saat pembukaan program Kesatria di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

"Dari potensi tersebut, saya mendorong upaya khusus melalui optimalisasi lahan pada perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dapat didorong seoptimal mungkin," sambungnya.

Dia pun meminta Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam untuk mendetailkan lebih terperinci potensi optimalisasi dari lahan perkebunan tersebut sehingga peningkatan produksi jagung nasional bisa optimal.

"Ini sudah mulai, baru sudah yang ditargetkan 1 juta ton ini bukan PR yang mudah. sektor perkebunan juga mau tidak mau harus ikut melibatkan diri secara maksimal, untuk tanaman pangan," kata Harvick.

Harvick juga membeberkan, ada beberapa alasan dipilihnya jagung untuk ditanam optimal di lahan sawit. Pertama adalah karena pengadaan importasi jagung menjadi salah satu jalan keluar ketika kebutuhan di dalam negeri meningkat sementara stoknya sedikit.

"Tingkat kebutuhan jagung di Indonesia tinggi sementara stok dalam negeri rendah, kebutuhan sampai 14 juta ton per tahun sedangkan pasokan dalam negeri belum dapat mencukupi sehingga selalu import menjadi jalan keluar. Nah kita berharap upaya optimalisasi ini juga menjadi jawaban keluar dari impor," jelasnya.

Kemudian alasan kedua karena jagung sangat dibutuhkan di Indonesia sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan lantaran jagung tidak hanya untuk kebutuhan pakan ternak. "Ketiga, Indonesia berpotensi menghemat devisa dari impor jagung yang dapat disubtitusikan kepada insentif di sektor hulu," kata Harvick.

Baca juga: Lahan Rawa Dimanfaatkan untuk Tingkatkan Produksi Padi dan Jagung, Perpadi Berikan Dukungannya

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, importasi jagung untuk pakan hingga akhir 2023 ditetapkan hanya 250.000 ton, dari yang sebelumnya 500.000 ton.

Tahap pertama importasi jagung ini akan masuk pada pertengahan November 2023 di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

“Sudah diputuskan oleh Presiden, dilakukan direct import sebanyak 250.000 ton. Tahap pertama impor sebanyak 20 ribu ton yang akan masuk di sekitar 15 November,” kata Arief dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian, Rabu (8/11/2023).

Dari penugasan impor itu, Bulog baru berkontrak sebesar 171.000 ton dan sisanya akan bertahap.

Baca juga: Badan Pangan Nasional: Harga Beras, Jagung, dan Gula Masih Akan Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com