JAKARTA, KOMPAS.com - Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyatakan, banyak generasi muda yang bersemangat dalam menumbuhkan aset untuk menciptakan kesejahteraan (wealth generation) dengan memilih untuk investasi dimulai dari aset kripto. Pluang sendiri merupakan salah satu aplikasi investasi multi-aset di Indonesia.
"Walau aset kripto dinilai sangat volatile, semangat investasi generasi muda ini tetap terus berkembang dan mulai berani diversifikasi merambah ke aset investasi lainnya, seperti emas digital, reksa dana, serta saham dan juga indeks AS," sebut Claudia dalam obrolan bersama Gita Wirjawan, mantan menteri perdagangan yang juga seorang investor dan entrepreneur, di podcast Endgame seperti dikutip dalam keteranganya, Kamis (30/11/2023).
Claudia meyakini bahwa resiliensi dalam berinvestasi merupakan salah satu kunci utama keberhasilan dalam membangun kekayaan. "Karena kita tidak dapat menjadi bijak jika tidak mengalami kejatuhan dalam berinvestasi," sebutnya.
Baca juga: Tips Investasi Jelang 2024, Jenis Reksadana Ini Bisa Jadi Pilihan
Sebab lanjut dia, semakin besarnya kontribusi anak muda dalam investasi akan dapat menggerakkan ekonomi Indonesia agar bertumbuh lebih cepat.
"Untuk mencapai tujuan tersebut, Pluang hadir sebagai solusi untuk masyarakat Indonesia agar dapat memulai perjalanan investasi mereka dengan mudah dan aman," kata wanita lulusan MBA dari Harvard Business School ini.
Investasi berkorelasi dengan perkembangan ekonomi
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berinvestasi secara jangka panjang, baik Claudia maupun Gita sepakat bahwa hal itu akan memperbesar ukuran ekonomi Indonesia, sehingga “kue” ekonomi yang tersedia menjadi semakin besar untuk setiap orang.
Keduanya menilai investasi atau aktivitas penciptaan kekayaan untuk meningkatkan kesejahteraan (wealth generation) akan meningkatkan uang beredar di masyarakat atau M2. Gita mengatakan, saat ini rasio uang beredar (M2) di Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada pada level 46 persen. Di negara-negara maju, rasio tersebut mencapai minimal 150 persen.
Menurut Claudia, peran dan dukungan pemerintah cukup signifikan dalam mengakselerasi pertumbuhan industri keuangan dan pasar modal Indonesia. Salah satu bentuk dukungan itu adalah Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Tujuan dari undang-undang ini serta peraturan turunannya adalah untuk memperkuat sektor keuangan sebagai tulang punggung negara, sehingga dunia semakin percaya dengan industri keuangan Indonesia dan semakin banyak investasi global yang masuk ke sistem keuangan domestik, termasuk pasar modal.
Selain itu, menurut Claudia, adanya perundang-undangan dan peraturan yang mendukung dan menjaga sektor keuangan Indonesia akan membantu baik industri maupun regulator untuk mengikuti bahkan mempelopori inovasi teknologi digital di industri jasa keuangan.
Sebagai contoh, teknologi blockchain dapat membantu akselerasi inklusi keuangan di Indonesia karena dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui penyajian transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana.
“Kita lihat banyak diskusi mengenai ide penggunaan teknologi blockchain untuk membantu produk digital, misalnya bursa karbon, dan juga pengaturan sistem pembayaran seperti Central Bank Digital Currency (CBDC) yang saat ini sedang digodok juga oleh Bank Indonesia. Dengan teknologi blockchain sebenarnya sejalan dengan pandangan anak-anak muda bahwa mereka ingin dana yang mereka miliki ada dalam kendali mereka, serta ada transparansi yang akan membuat mereka bisa lebih percaya lagi dengan investasi atau menabung,” ujar Claudia.
Baca juga: Tips Pilih Produk Investasi Syariah Sesuai Kebutuhan
Dengan berbagai upaya untuk menarik lebih banyak generasi muda Indonesia untuk mulai berinvestasi, Claudia menilai pentingnya anak muda untuk meresapi pesan Ray Dalio, seorang investor miliarder dan hedge fund manager asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai “financial guru” dengan pelajaran keuangan yang mudah dimengerti oleh semua orang.
Menurut Ray Dalio, generasi muda sejak dini perlu memahami diri mereka sendiri serta berbagai fase kehidupan agar tidak silau dengan janji gratifikasi instan.
“Orang tidak bisa belajar investasi dengan sudah untung di awal. Kalau sudah untung di awal dan terus-terusan untung, itu justru membahayakan menurut saya karena merupakan risiko sistemik dan bisa membuat bubble yang nantinya akan memperparah keadaan. Menurut saya, setback (kondisi resesi global) ini sangat penting dari perjalanan investasi untuk setiap nasabah atau setiap anak muda yang ingin berinvestasi untuk dapat mengerti siklus volatilitas pasar,” ujar Claudia.
Baca juga: Mau Investasi Kripto? Simak Peluang dan Sentimen yang Membayanginya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya