Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semua Bank "Diramal" Jadi Digital dalam 10-20 Tahun ke Depan

Kompas.com - 07/12/2023, 06:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam 10 tahun hingga 20 tahun mendatang, semua industri perbankan "diramalkan" sudah menggunakan teknologi digital. Hal ini terjadi lantaran pergeseran industri perbakan terus terjadi.

Hal itu disampaikan Direktur Segara Institute Piter Abdullah Redjalam di Jakarta, Selasa (5/12/2023) lalu. "Bank digital akan terus meningkat baik layanannya dan maupun jumlahnya,” kata Piter.

“Pada kurun waktu tertentu, 10 sampai 20 tahun lagi, kita tidak akan mengenal lagi yang namanya bank digital, karena semua bank sudah menjadi bank digital saat itu,” lanjut dia.

Saat ini pun, mulai banyak bank yang mengembangkan layanan dan beralih ke model bisnis digital.

Baca juga: Ramalan Ekonom, 10 hingga 20 Tahun Lagi Semua Bank Bakal Jadi Digital

Sebagian besar bank biasanya menggunakan anak usahanya atau bank kecil yang kemudian berkembang jadi bank digital.

"Saat ini pengembangan dan pendirian bank digital terus belangsung dan merupakan tahap awal persaingan bank di era digital," kata Piter.

"Mereka melakukan itu karena mereka tau bahwa tanpa bertransformasi ke bank digital, mereka akan kalah dalam persaingan di masa depan," lanjutnya.

Untuk melakukan transformasi dari bank biasa ke bank digital, umumnya menggunakan ekosistem sebagai basis.

Menurut Piter, bank digital harus membangun ekosistemnya sendiri dengan cara berkolaborasi untuk dapat bersaing dengan perbankan digital lain.

Baca juga: Bos BCA: 10 Tahun dari Sekarang Kita Hanya Akan Melihat 3 Bank Digital

"Ramalan" Bos BCA soal Bank Digital

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmaja pada 2021 lalu sudah "meramalkan" sengitnya persaingan bank digital di Tanah Air.

Bahkan, ia memproyeksikan, dalam 10 tahun ke depan hanya akan ada 3 bank digital saja. Sementara hingga 2023 ini, jumlah bank digital semakin bertumbuh.

Menurut Jahja kala itu, keberadaan bank digital menjadi penting untuk memfasilitasi transaksi nasabah khususnya segmen milenial dan generasi-z dan juga masyarakat yang belum memiliki rekening bank atau unbanked.

Selanjutnya, Jahja menyebutkan, meski pemain bank digital dalam negeri menjamur, ke depannya hanya akan ada segelintir yang menjadi jawara pasar.

"Saya pikir di Indonesia 10 tahun dari sekarang, hanya akan melihat ada 3 bank digital," ujarnya.

Baca juga: Bank Digital Berebut Kumpulkan Tabungan Nasabah Baru

Ia pun mencontohkan sejumlah layanan keuangan dan fintech yang menguasai pasar di berbagai negara.

"Kita lihat di China ada WeChat, berapa banyak yang kaya WeChat? Apa ada 10 WeChat? Enggak ada. Di Korea ada Kakao Bank, apa ada 10 Kakao Bank? Enggak ada, hanya satu," tutur Jahja.

Menurut Jahja, bank digital yang bersaing dalam pasar serupa perlu fokus melakukan investasi dan menentukan partner yang tepat untuk memenangkan kompetisi yang ada.

"Investasi besar-besaran, kekuatan mereka berapa. Partner yang mereka gandeng ini menentukan sekali ke depannya untuk perkembangan digital bank," pungkas Jahja.

Baca juga: Persaingan Ketat, Bank Digital Perlu Cari Ceruk Pasar Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com