Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Startup" Diprediksi Masih Akan Kesulitan Pendanaan Tahun Depan

Kompas.com - 08/12/2023, 21:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan atau startup masih akan menghadapi tantangan pendanaan tahun depan.

Director of Digital Economy Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, startup masih akan menghadapi tantangan dari sisi cost of money atau cost invesment.

"Biasanya dilihat dari suku bunga The Fed seperti apa, karena kalau pendanaan itu kita hanya 10-15 persen dari lokal, sisanya dari luar (negeri)," kata dia saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Baca juga: Mayora dan Indofood Dorong Startup Pangan Berkelanjutan

Ia menjelaskan, bila bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga, maka dapat dipastikan pendanaan bagi startup akan sangat minim mengalir ke Indonesia.

Nailul menjelaskan, ketika The Fed menaikkan suku bunga pada 2022, pendanaan yang disalurkan untuk startup langsung anjlok. Berdasarkan data Google, Nailul bilang, pendanaan untuk startup digital Indonesia masih rendah.

Dengan proyeksi tersebut, perusahaan modal ventura lokal diharapkan dapat menyalurkan pendanaan lebih besar untuk startup lokal.

Baca juga: BTN Bentuk Program Pendanaan untuk Investasi di Startup

Harapannya, porsi pendanaan lokal yang semula 10 persen bisa naik ke 20-25 persen. Pendanaan tersebut harapannya hadir dari Merah Putih Fund dan Investment National Authority (INA).

"Karena (pendanaan) itu bagaikan air di tengah padang pasir," imbuh dia.

Nailul bilang, pada dasarnya perusahaan modal ventura saat ini berharap startup dapat menghasilkan laba lebih cepat atau pada kisaran 5 tahun.

Pasalnya saat ini startup masih dilingkupi kondisi tren rugi selama bertahun-tahun. Pada awal tren startup, perusahaan dapat menanggung rugi hingga 10-15 tahun.

Baca juga: Lanskap Startup Asia Tenggara: Awal Kelesuan atau Potensi Menjanjikan?

Menurut dia, salah satu sektor yang dapat menghasilkan untung dengan cepat bagi startup adalah sektor riil, agriculture, dan aquaculture.

"Tapi kalau e-commerce saya ragu bisa menghasilkan keuntungan yang cepat. Fintech juga dengan adanya pengaturan suku bunga, semakin lama mereka mendapatkan keuntungan," ungkap dia.

Nailul mengibaratkan pendanaan adalah darah bagi perusahaan startup yang membuat perusahaan bisa hidup dan bergerak.

"Impact-nya adalah mereka akan melakukan efisiensi termasuk mem-PHK karyawan, saya tidak berharap, kalau pendanaan masih seret, saya rasa banyak perusahaan digital yang tutup atau efisiensi," tutup dia.

Baca juga: Penguatan Bisnis, PLN Gandeng 4 Startup Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com