Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Menyelamatkan Penerbangan Indonesia

Kompas.com - 18/12/2023, 10:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENERBANGAN Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pernyataan itu dinyatakan oleh semua stakeholder penerbangan.

Bukan hanya oleh operator seperti maskapai penerbangan, pengelola bandara dan lainnya, tapi juga oleh penumpang dan pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional.

Maskapai-maskapai Indonesia mengeluhkan tarif penerbangan yang diatur pemerintah, tetapi selama 4 tahun ini sejak ditetapkan tahun 2019, tidak pernah dievaluasi.

Padahal di sisi lain biaya-biaya yang ditanggung maskapai semakin besar karena ada kenaikan harga-harga barang untuk operasional penerbangan seperti, misalnya, harga avtur, harga sewa pesawat, dan ditambah kurs nilai tukar mata uang rupiah yang semakin melemah terhadap dollar AS.

Maskapai juga mengeluhkan proses importasi sparepart pesawat yang memakan waktu cukup lama dan biaya yang tidak kecil sehingga banyak pesawat yang masuk bengkel harus tertunda penyelesaiannya.

Di sisi lain, penumpang mengeluhkan harga tiket penerbangan yang dianggap terlalu tinggi bagi kantong mereka.

Sementara itu, pemerintah mengeluh karena konektivitas transportasi udara yang terus menurun. Akibatnya banyak bandara-bandara yang sudah dibangun dengan megah di daerah-daearah, ternyata kosong aktivitas penerbangannya.

Padahal transportasi udara seharusnya menjadi tulang punggung transportasi di Indonesia, yang wilayahnya berbentuk kepulauan ini.

Akibat Covid-19?

Banyak yang menyatakan bahwa kondisi penerbangan saat ini akibat dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada 2020 sampai dengan pertengahan 2022 lalu. Kemudian meminta semua pihak memaklumi kalau kondisi penerbangan saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Sebenarnya, jika dilihat dari jumlah penumpang tahun 2023 dibanding tahun 2019, recovery jumlah penumpang pesawat di Indonesia termasuk yang tinggi.

Pada 2023 sampai dengan Juli, rate recovery penumpang domestik dibanding 2019 adalah 86 persen dan sampai Desember nanti diperkirakan mencapai 94 persen.

Artinya jumlah penumpang pesawat domestik 2023 sudah hampir sama dengan jumlah penumpang 2019.

Untuk penumpang internasional, sampai dengan Juli 2023, rate recovery sudah 71 persen dan diperkirakan pada akhir tahun mencapai 75 persen.

Namun tentu saja jumlah penumpang yang banyak belum bisa mengindikasikan bahwa bisnis ini dalam kondisi sehat dan baik-baik saja.

Jika jumlah penumpang banyak, tetapi harga tiketnya rendah dibanding biaya-biaya yang dikeluarkan, maka produsen atau maskapainya tetap tidak akan untung, malah bisa rugi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com