Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanen Listrik dari Limbah, Solusi Energi Bersih Masa Depan

Kompas.com - 28/12/2023, 21:14 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Energi biomassa bisa dikatakan sebagai energi terbarukan yang perkembangannya sangat masif di Indonesia. Bahkan, pemanfaatannya dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil secara signifikan.

Secara harfiah, biomassa adalah sebuah bentuk dari energi terbarukan yang berasal dari bahan organik seperti hewan dan tumbuhan. Biomassa mengandung energi yang pertama kali berasal dari matahari.

Tumbuhan menyerap energi matahari melalui fotosintesis, mengubah karbon dioksida dan air menjadi nutrisi (karbohidrat).

Energi dari organisme ini dapat diubah menjadi energi yang dapat digunakan melalui cara langsung dan tidak langsung. Biomassa dapat dibakar untuk menghasilkan panas (langsung), diubah menjadi listrik (langsung), atau diolah menjadi biofuel (tidak langsung).

Energi biomassa merupakan sumber bahan bakar yang penting di berbagai negara. Di Indonesia, sumber biomassa terbesar adalah limbah sisa pengolahan crude palm oil (CPO).

Selama beberapa tahun, limbah dari minyak sawit terkadang menyisakan masalah. Keberadaan biomassa ini acap kali menjadi polemik kalau dibuang sembarangan atau dibiarkan begitu saja.

Baca juga: Ini Upaya PLN Jamin Pasokan Biomassa Jadi Bahan Bakar PLTU

Menurut data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dari yang awalnya dianggap limbah yang jadi masalah, pemanfaatan biomassa dari sawit terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Dari semua biomassa sawit yang ada, sebanyak 70 persen merupakan pelepah pohon sawit, sedangkan tandan buah kosong mencapai 10 persen, dan batang sawit mencapai 5 persen.

Sebanyak 89 persen dari total biomassa yang dihasilkan umumnya digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomassa juga bisa diubah menjadi bio batu bara sebagai pengganti batu bara.

Penggunaan bio pelet atau bio batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pembangkit listrik biomassa

Pembangkit listrik berbahan bakar biomassa juga bisa diintegrasikan dengan pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi sumber energi terbarukan selalu tersedia. Keberadaannya sekaligus juga mendatangakan manfaat besar bagi masyarakat.

Salah satu upaya yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dalam memanfaatkan potensi biomassa yakni dengan pengembangan co-firing.

Baca juga: PLTU Sintang Jalankan 100 Persen Pembakaran Biomassa

Co-firing merupakan pencampuran biomassa dengan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terus digenjot untuk mengakselerasi transisi energi.

Program co-firing diharapkan dapat menyumbang 1,73 gigawatt (GW) terhadap bauran energi baru terbarukan (EBT) yang ditargetkan dapat mencapai 23 persen (19,9 GW) pada 2025. Produksi listrik dari biomassa pada 2025 pun ditargetkan mencapai 12,71 terrawatt hour (TWh).

Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani mengatakan, pihaknya berkomitmen tidak akan membangun PLTU baru berbasis batu bara, kecuali yang sudah masuk dalam daftar Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com