Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar-Mahfud Bakal Genjot Transisi Energi, Manfaatkan Tenaga Surya hingga Panas Bumi

Kompas.com - 10/01/2024, 22:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD bakal mendorong transisi energi jika menang dalam Pilpres 2024. Ada sejumlah strategi yang disiapkan untuk menggenjot bauran energi baru terbarukan (EBT).

Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Agus Hermanto mengatakan, dalam tahap awal transisi energi yang akan dilakukan adalah de-dieselisasi atau mengganti pembangkit berbasis diesel ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Menurut dia, masih banyak pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), terutama di wilayah timur Indonesia.

Baca juga: Dorong Energi Terbarukan, Anies-Cak Imin Ingin Bioenergi Tak Sebatas pada Sawit

"Di kawasan timur itu masih banyak beroperasi PLTD, itu harus kita hilangkan secepatnya," ujarnya dalam webinar Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029, Rabu (10/1/2024).

Kemudian, dilakukan dengan mengurangi pengoperasian pembangkita listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara. Ia bilang, secara bertahap jumlah PLTU dikurangi dengan pensiun dini, bahkan tak ada perencanaan pembangunan PLTU baru.

Seiring dikuranginya penggunaan energi fosil, dilakukan pula pengembangan energi terbarukan. Agus menuturkan, pada tahap ini paslon nomor urut 3 akan lebih fokus pada pengembangan energi surya.

Ia menjelaskan, energi surya lebih dulu dikembangkan sebab teknologinya paling terjangkau, terlebih Indonesia merupakan negara tropis sehingga kaya dengan sinar matahari.

"Karena ini (energi surya) bisa dengan cepat. Sekarang sudah ada yang panel-panel terapung dan lain sebagainya," ucapnya.

Selain itu, akan dikembangkan pula pembangkit berbasis energi angin, dan energi air atau hidro. Menurut Agus, banyak daerah-daerah yang bisa memanfaatkan kekayaan alamnya untuk jadi sumber energi pembangkit, seperti di wilayah Kalimantan yang bisa menggenjot pembangkit mini hidro.

"Juga yang berbasis, misalnya dari kotoran hewan, itu yang dulu saya di Jawa Tengah sudah pernah melihat, dikumpulkan dan bisa menjadi gas, itu sederhana sekali itu teknologinya, enggak tinggi, kemudian itu bisa diitu (kembangkan)," paparnya.

Kemudian, proyek besarnya setelah mendorong pemanfaatan energi terbarukan lainnya adalah pembangkit berbasis energi panas bumi. Proyek ini memerlukan waktu yang cukup lama sebab menggunakan teknologi tinggi.

Indonesia sendiri memiliki potensi energi panas bumi yang tinggi sehingga perlu dimanfaatkan menjadi energi terbarukan. Namun, seiring dengan pengembangannya yang cukup kompleks, Agus bilang, perlu dibarengi pula dengan peningkatan implementasi bioenergi.

"Karena ini kalau membangun pnas bumi agak lama, terus jadi kegiatan apa? Nah, kegiatan di sini adalah bioenergi. Dan bioenergi memang saat-saat ini yang paling banyak itu digunakan untuk biodiesel dan biofuel yang diambil dari CPO (minyak mentah kelapa sawit)," kata dia.

Baca juga: Jika Terpilih, Prabowo-Gibran Mau Genjot Produksi Bioetanol dari Singkong dan Tebu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com