Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinyal Bank Indonesia: Era Suku Bunga Tinggi Segera Berakhir

Kompas.com - 17/01/2024, 21:13 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, ketidakpastian pasar keuangan global yang disebabkan oleh arah kebijakan bank sentral mulai mereda. Era kenaikan suku bunga diyakini telah berakhir, dan bank sentral akan mulai memangkasnya pada tahun ini.

"Lebih pastinya arah suku bunga negara maju khususnya Fed Fund Rate (suku bunga Federal Reserve)," ujar dia, dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (17/1/2024).

BI memandang, bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada paruh kedua tahun ini. Perry memproyeksi, The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak 3 kali, dengan besaran 75 basis point atau 0,75 persen.

Baca juga: Rapat Perdana 2024, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6 Persen

"Semula kami perkirakan 2 kali (turunkan suku bunga), bacaan kami terakhir adalah 3 kali, 75 basis point," katanya.

Lebih lanjut Perry bilang, proyeksi itu dibuat dengan melihat berbagai perkembangan indikator perekonomian, seperti inflasi dan tenaga kerja Negeri Paman Sam. Selain itu, pandangan itu juga dibuat dengan melihat pernyataan-pernyataan resmi pejabat The Fed.

Dengan melihat berbagai aspek tersebut, sejumlah analis pasar bahkan memproyeksi, pemangkasan suku bunga The Fed akan mulai terjadi pada kuartal II tahun ini. Pemangkasan pun berpotensi dilakukan sebanyak 4 kali, sebesar 100 basis point atau 1 persen.

"Lebih tinggi. Tapi baseline skenario kami lebih berdasarkan asesmen-asesmen kami mengenai pasar ekonomi Amerika dan juga diskusi kami tentu saja," tutur Perry.

Dollar melemah

Berakhirnya era suku bunga tinggi kemudian membuat dollar AS bergerak cenderung melemah terhadap mata uang lain. Akan tetapi, pergerakannya memang masih "naik-turun", sebab masih terdapat ketidakpastian terkait timing pemangkasan suku bunga acuan.

"Maka kadang pasar on kadang off. Jadi itu mereda ya ketidakpastian ya namanya pasar masih ada volatilitas," kata Perry.

Melihat sentimen tersebut, Perry optimis, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan cenderung menguat ke depan. Potensi penguatan itu tentunya tetap diwarnai volatilitas pasar yang dinilai wajar terjadi.

"Kesimpulannya, dengan bacaan kami mengenai kondisi ekonomi global, rupiah dalam jangka pendek naik turun, tapi stabil trennya akan menguat," ucap Perry.

Sebagai informasi, BI mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi sebesar 1,24 persen sejak awal tahun hingga 16 Januari kemarin. Bank sentral memandang, pelemahan itu masih terjaga, sebab sejumlah negara lain mengalami pelemahan lebih dalam.

Baca juga: Ditanya soal Potensi Penurunan Suku Bunga, Bos BI: Kami Masih Sabar...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com