Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit BRI Tumbuh 11,2 Persen Menjadi Rp 1.266 Triliun Sepanjang 2023

Kompas.com - 31/01/2024, 13:56 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat kinerja positif selama 2023. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 11,2 persen menjadi Rp 1.266 triliun dibandingkan dengan kredit industri perbankan nasional yang hanya tumbuh 10,4 persen.

Hal ini mampu dicapai, di tengah tantangan yang terjadi sepanjang 2023, seperti era suku bung dan inflasi yang tinggi. Kemudian tahun 2023 diwarnai juga dengan kondisi geopolitik yang penuh dengan ketidakpastian, dan ada banyak yang kolaps.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI berhasil melewati itu, dengan penyaluran kredit yang tumbuh doubel digit diatas industri perbankan nasional.

Baca juga: BRI Cetak Laba Rp 60,4 Triliun pada 2023, Naik 17,5 Persen

“Kredit dari sisi fungsi intermediasi hingga Desember 2023 tumbuh 11,2 persen YoY menjadi Rp 1.266 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi dari yang dilakukan industri perbankan nasional yang hanya 10,4 persen YoY di sepanjang 2023,” kata Sunarso secara virtual Rabu (31/1/2024).

“Kualitas kredit terjaga dengan baik, penghimpunan dana pihak ketiga yang memadai dengan fokus pada dana murah atau CASA, serta efisiensi yang terus meningkat dari hasil transformasi digital BRI,” tambah dia.

Sunarso merinci, penyaluran kredit pada segmen mikro tumbuh 10,9 persen menjadi Rp 611,2 triliun. Untuk segmen konsumer tumbuh 13,4 persen menjadi Rp 190 triliun, untuk segmen kecil dan menengah tumbuh 8,6 persen menjadi Rp 267,5 triliun.

Baca juga: Wujudkan Resolusi Keuangan di Awal Tahun dengan Berinvestasi pada Layanan BRI Wealth Management

Di sisi lain, penyaluran kredit untuk segmen korporasi tumbuh 13,8 persen menjadi Rp 197,7 triliun. Ini menunjukkan bahwa total portofolio kredit UMKM BRI mencapai 84,84 persen dari total penyauran kredit BRI atau senilai Rp 1.068 triliun.

Sunarso mengatakan, dalam meningkatkan portofolio kredit UMKM tidak lepas dari akselerasi sumber pertumbuhan baru melalui integrasi ekosistem ultramikro, dimana hingga akhir Desember jumlah nasabah yang dikelola oleh holding ultra mikro mencapai 37,3 juta nasabah peminjam.

“Keberhasilan BRI Grup menintegrasikan nasabah di segmen ultra mikro berdampak pada penurunan jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses keuangan formal,” jelas dia.

Baca juga: Bos BRI Sebut Pekerjaan Ini Tak Bakal Digantikan Kecerdasan Buatan

Sunarso mencontohkan, lewat PNM Mekaar, penyaluran kredit untuk pelaku usaha wanita sepanjang 2023 tercatat sebesar Rp 41,6 triliun yang disalurkan kepada 15 juta pelaku usaha wanita.

Sunarso mengatakan, kredit yang tumbuh positif ini berdampak pada pendapatan bunga BRI sepanjang 2023, yang tercatat sebesar Rp 188,1 triliun atau tumbuh 16,9 persen yoy.

Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) BRI tetap terkendali di level 2,95 persen. Menurut Sunarso, dengan bisnis bank yang fokus pada penyaluran kredit UMKM, ratio NPL tersebut menunjukkan bahwa BRI sangat hati - hati dan konsern dalam mengelola portofolio kredit dengan mengedepankan prinsip risk manjemen yang baik dan benar.

Di sisi lain, pencadangan per Desember mencapai 229,09 persen atau dua kali lipat dari NPL. Dengan begitu, ini lebih dari cukup jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hal kredit, seperti kemungkinan restrukturisasi, atau hapus buku.

Baca juga: Mengelola Masa Depan Finansial yang Cerah Bersama Financial Advisor BRI Prioritas

 


Sementara itu ratio Loan at Risk atau LaR BRI pada 2023 tercatat 13,8 persen, atau menurun dibanding dengan posisi LaR BRI pada puncak Covid-19 pada September 2020 lalu yakni 29,8 persen.

Hingg akhir Desember 2023 Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun adalah sebesar Rp 1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9 persen YoY. Sunarso mengatakan, hal ini dapat dipahami karena saat ini likuiditas yang ketat dilakukan sebagai upaya menjaga inflasi.

“Di pasar memang likuiditas yang ter-manage dengan baik untuk menjaga inflasi. Kita bisa pahami itu, sehingga DPK hanya tumbuh 3,9 persen sehingga untuk menumbuhkan kredit diatas 10 persen tadi, kita harus gunakan recources likuidtas yang berupa non DPK,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com