Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harus Jaga Ketahanan Energi, Eksplorasi Migas Harus Makin Agresif

Kompas.com - 06/02/2024, 11:58 WIB
Aprillia Ika

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Indonesia harus menjaga ketahanan energinya agar di masa mendatang tak harus impor atau bergantung ke negara lain untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang makin meningkat. Untuk itu, Indonesia perlu agresif mendorong eksplorasi minyak dan gas (migas).

Hal itu disampaikan Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng dalam media gathering di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa (6/2/2024).

Muharram memaparkan, saat ini ada dua persoalan energi. Persoalan pertama, yakni bagaimana memenuhi Paris Agreement untuk mengurangi CO2 yang dilepas ke udara. Persoalan kedua, yakni ketahanan energi nasional.

Persoalan ketahanan energi ini harus jadi perhatian, lantaran jadi bagian penting keberlanjutan negara.

Baca juga: Pertamina dan Mitra Menang Lelang Blok Eksplorasi Migas di Malaysia

Sebagai contoh, terjadinya perang Rusia-Ukraina yang berujung disetopnya pasokan gas Rusia ke Eropa membuat negara-negara Eropa yang sebelumnya sangat bangga dengan energi bersihnya pun kesulitan.

"Bahkan Jerman tanpa "permisi" menambang lagi batu bara. Itulah mengapa ketahanan energi sangat penting," ujar Muharram.

Sementara di Indonesia, diperkirakan demand atau permintaakan akan energi akan terus bertumbuh. Hingga 2050 kebutuhan energi nasional diperkirakan 1.000 mega ton oil ekuivalen (MTOE) termasuk energi baru terbarukan (EBT) sebesar 310 MTOE atau 31 persen.

Sementara pada 2022 kebutuhan energi nasional 240 MTOE, dan porsi EBT baru 9 persennya.

Pada 2050 kebutuhan Indonesia akan minyak bumi diperkirakan masih tinggi, mencapai 24 persen atau 240 MTOE, yang mana jumlah tersebut setara dengan kebutuhan energi primer pada 2022.

"Dari mana energi untuk menopang kebutuhan energi nasional yang besar pada 2050? Tidak ada cara lain selain eksplorasi agresif dan masif. Untuk itulah PHE agresif lakukan eksplorasi. Bahkan hingga 2029 dari temuan-temuan kami harapannya sudah miliaran barrel," tegas Muharram.

Baca juga: SKK Migas Targetkan Investasi Eksplorasi Capai Rp 45 Triliun

Ia memaparkan, PHE punya dua strategi eksplorasi, yakni strategi near field exploration dan strategi eksplorasi wilayah baru (frontier area).

Untuk strategi near field exploration yakni memanfaatkan sumur lama dengan teknologi baru, yang akhirnya bisa menghasilkan temuan-temuan. Seperti di Bekasi dan Indramayu, Jawa Barat.

Kemudian, strategi frontier area yakni dengan cara masuk ke daerah emerging untuk cari temuan yang besar (giant) bukan temuan kecil-kecil.

"Dengan cara itu kita bisa mendapat kemampuan mempertahankan ketahanan energi nasional karena konsumsi selalu ada," imbuh Muharram.

"Kalau kita tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumsi, kita harus beli dari negara lain. Padahal, kalau beli dari negara lain itu ada risiko kondisi pasar hingga geopolitik," lanjutnya.

Dia menegaskan, dengan demikian persoalan migas bukan persoalan ekonomi semata melainkan bagian dari strategi keberlanjutan suatu bangsa.

"Oleh karena itu PHE punya tagline Explore the Potential, untuk support strategi eksplorasi masif dan agresif," tegas Muharram.

Baca juga: Eksplorasi Migas, Kunci Ketahanan Energi RI Masa Depan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com