JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur eksekutif INDEF Esther Sri Astuti mengaku miris dengan keadaan tata kelola pangan Indonesia lantaran Indonesia sering sekali mengimpor berbagai komoditas pangan.
Bukan hanya beras, dia menyebutkan Indonesia juga mengimpor komoditas lain mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, sampai garam.
“Problem pangan di Indonesia banyak sekali impor, bukan hanya beras saja, sayur-mayur, buah-buahan sampai garam pun impor. Padahal kita tahu lautan luas tapi kenapa garam saja kita impor. Apakah kita tidak bisa memproduksi garam, ini hal yang sangat menyedihkan,” ujar Esther dalam FGD Arah Kebijakan Pangan Indonesia Pasca Pemilu 2024 yang disiarkan di YouTube, Jumat (9/2/2024).
Baca juga: Ahok Sebut Impor Negara Ini Gila-gilaan
Esther bilang, berdasarkan data BPS, impor pangan Indonesia dari tahun ke tahun sangat meningkat jumlahnya. Khusus untuk beras saja, pengadaan yang dilakukan di tahun lalu, yakni lebih dari 3 juta ton merupakan importasi tertinggi selama 5 tahun ke belakang.
Padahal di tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Pun dengan gula. Esther mengatakan, pada zaman Belanda dulu, Indonesia masuk menjadi negara terbesar penghasil gula.
Namun saat ini, Indonesia justru masuk ke dalam 10 negara yang paling doyan mengimpor gula.
Baca juga: Persiapan Pelindo Multi Terminal Layani Bongkar Muat Kargo Beras Impor Milik Bulog
Berdasarkan fakta-fakta tersebut pun, dia menilai, kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam masalah pangan bersifat populis dan cenderung hanya memikirkan jangka pendek.
“Contoh beras produksinya kurang maka impor, kalau gula kurang maka impor. Semua diimpor kita tidak berpikir jangka panjang bagaimana bisa swasembada kalau impor terus,” jelas dia.