Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Melambung Tinggi, BI Beberkan "Hitung-hitungan" Dampaknya ke Inflasi

Kompas.com - 21/02/2024, 18:40 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga beras di pasaran tengah melonjak sejak beberapa waktu terakhir. Hal ini pun ditunjukan oleh data survei pantauan Bank Indonesia (BI).

Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman mengakui, harga beras di pasaran "melambung". Bahkan, berdasarkan catatan BI, terdapat daerah dengah harga beras mencapai Rp 18.800 per kilo gram (kg).

"Dari survei pantauan harga kami, kisarannya memang lumayan besar (kenaikan harga beras), itu di NTB (Nusa Tenggara Barat) Rp 12.947 per kg, Kalteng (Kalimantan Tengah)," ujar dia, dalam konferensi pers hasil RDG BI, di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Aida menjelaskan, salah satu penyebab utama melonjaknya harga beras ialah terganggunya pasokan, akibat mundurnya musim tanam padi. Hal ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang melanda Indonesia.

"Akibatnya tentunya ada pergeseran periode tanam beras," katanya.

Baca juga: Harga Beras dan Cabai Melambung, Bagaimana Dampaknya ke Inflasi?

Kenaikan harga tersebut pun berdampak terhadap inflasi. Aida bilang, beras memiliki bobot sebesar 3,43 persen terhadap inflasi.

Dengan adanya kenaikan harga, beras berkontribusi 0,64 persen terhadap inflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada Januari lalu.

"Sehingga kenapa salah satu penyebabnya inflasi volatile food kita 7,22 persen," kata Aida.

Menurutnya, pasokan beras pemerintah sebenarnya masih terjaga, dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,2 juta ton. Namun memang diperlukan kepastian distribusi yang dapat menjangkau berbagai daerah di Tanah Air.

"Memang kita lihat ada kenaikan (harga beras), tapi mudah-mudahan under control dan kita punya targetnya volatile food tidak jauh-jauh dari 5 persen," tuturnya.

Baca juga: Menghindari Inflasi Pangan

April-Mei diprediksi harga beras turun

Di kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai, kenaikan harga beras yang mengerek inflasi bersifat musiman. Ia menyadari, saat ini terjadi fenomena pergeseran musim panen sehingga memicu inflasi. Namun, fenomena itu diyakini segera berakhir.

"Secara keseluruhan kami yakin volatile food ini dampaknya temporary pada masa-masa musiman tadi Januari, Februari, dan Hari Keagamaan Besar Nasional, dan kemudian setelah panen April, Mei akan turun kembali," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com