Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Tebar Bansos, Defisit Kas Negara Melebar Jadi 2,8 Persen

Kompas.com - 27/02/2024, 06:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memproyeksi, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 melebar dari target yang telah ditetapkan. Hal ini seiring dengan sejumlah tambahan program bantuan sosial (bansos) yang diluncurkan pemerintah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, berdasarkan perhitungan teranyar pemerintah, defisit APBN 2024 diproyeksi mencapai 2,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka itu lebih besar dari target yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya, yakni sebesar 2,29 persen.

"Tahun ini yang direncanakan dalam APBN (defisit) 2,29 atau 2,3 persen, tetapi outlooknya 2,8 persen," kata dia, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (26/2/2024).

Baca juga: Prabowo Mau Pisahkan Ditjen Pajak dan Bea Cukai dari Kemenkeu, Airlangga: Belum Dibahas

Melebarnya defisit anggaran disebabkan oleh penebalan dan penambahan program bansos pemerintah. Dengan bertambahnya program bansos, maka kebutuhan anggaran belanja pemerintah meningkat, sehingga membuat gap antara anggaran belanja dan pendapatan kian jauh.

Salah satu anggaran bansos yang dipertebal ialah bansos subsidi pupuk. Airlangga bilang, pemerintah berencana menambah anggaran subsidi pupuk sebesar Rp 14 triliun.

"Kenapa ditambah? Karena kita butuh pupuk sesuai jumlah setiap tahunan, biasanya sekarang 8 atau 7 juta ton, dengan (subsidi) pupuk sekarang Rp 26 triliun hanya 5,7 juta ton," tuturnya.

Selain itu, pada Januari lalu pemerintah memutuskan untuk menggelontorkan bantuan langsung tunai (BLT) bertajuk BLT Mitigasi Risiko Pangan. BLT sebesar Rp 600.000 untuk 18,8 juta keluarga penerima manfaat (KPM) itu akan membutuhkan anggaran sekitar Rp 11 triliun.

"BLT tunai untuk perubahan fluktuasi mitigasi harga sembako, itu saja nilainya sudah Rp 11 triliun,"ujarnya.

Terakhir, di tengah fluktuasi harga komoditas energi, pemerintah berencana untuk tidak melakukan penyesuaian harga listrik dan BBM subsidi hingga Juni mendatang. Airlangga menyebutkan, hal itu berpotensi membuat anggaran subsidi membengkak.

"Tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai dengan Juni, baik itu subsidi maupun non subsidi, itu akan membutuhkan additional anggaran untuk Pertamina maupun PLN," ucap Airlangga.

Sebagai informasi, dalam APBN 2024 pemerintah menetapkan defisit anggaran sebesar Rp 522,82 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB. Defisit itu ditetapkan dengan target pendapatan negara sebesar Rp 2.802,3 triliun dan belanja negara sebesar Rp 3.325,1 triliun.

Baca juga: Benarkah Harga Beras Mahal karena Ada Bansos?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com