PENGHENTIAN penggunaan dollar Amerika Serikat atau disebut dedolarisasi adalah proses penggantian dollar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan antarnegara seperti minyak dan/komoditas lainnya.
Dua aliansi besar dunia, yaitu Association of Southeast Asian Nation atau ASEAN dan kumpulan negara BRICS juga telah secara resmi sepakat untuk tidak menggunakan dollar AS untuk perdagangan global sejak akhir 2023. Totalnya 21 negara.
Akankah posisi Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia mulai terancam?
Saya tidak yakin, walaupun terlihat dari negara-negara dunia mulai berpikir untuk mengurangi penggunaan dolar AS dalam perdagangan dan investasinya.
Langkah Bank Indonesia menambah daftar kerja sama transaksi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction dengan Bank Sentral negara lain perlu diapresiasi.
Pada 2024, Indonesia dan Korea Selatan akan mengimplementasikan transaksi tanpa dollar AS, baik untuk perdagangan, investasi, maupun finansial.
Penggunanaan local currency transaction (LCT) atau nama lain adalah local currency settlement (LCS) sangat bagus karena akan semakin mendorong hubungan perdagangan bilateral antara para pengusaha negara mitra.
Selain itu, mengurangi biaya transaksi berkat penyelesaian komoditas yang lebih efisien dan ketersediaan likuiditas yang terjamin, serta mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.
Namun yang perlu kita lihat adalah kestabilan penggunaan LCT dari waktu ke waktu dalam transaksi perdagangan internasional atau bilateral.
Tidak hanya pada saat tertentu saja, saya melihat dollar AS sebagai mata uang cadangan internasional tidak akan tergantikan dalam waktu dekat oleh mata uang lainnya. Walaupun arahnya kesana, tapi jalan masih bergelombang.
Pada Oktober 2008, pasar keuangan AS terguncang karena subprime mortgage. Keruntuhan pasar perumahan di awal tahun dan jatuhnya perusahaan keuangan raksasa Lehman Brothers pada September, menimbulkan gelombang kepanikan di seluruh sistem keuangan.
Pasar surat-surat berharga korporasi hampir membeku, pasar saham ambruk, dan pasar dana keuangan besar, serta reserve primary fund, telah “menghancurkan uang” (nilai aset bersih menurun di bawah nilai nominal) dan mengancam akan mengambil seluruh uang tersebut. Sehingga market mengalami penurunan yang cukup signifikan saat itu.
Gelombang kejut dari krisis ini bergema di seluruh dunia. Preseden sejarah memperjelas apa yang akan terjadi.
Ketika negara-negara lain dilanda krisis keuangan atau krisis mata uang, dampaknya sama: investor domestik maupun asing akan keluar dan menarik modal keluar, serta membuang mata uangnya.
Tentu saja, krisis keuangan ini tidak hanya kejatuhan yang terjadi secara perlahan, melainkan kudeta terhadap dominasi dollar dalam keuangan global.