Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Mewaspadai 6 Dampak Buruk Gejala Jurang Kepemimpinan (Bagian I)

Kompas.com - 28/02/2024, 09:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA sangat setuju bahwa change is constant, jelas perubahan adalah abadi. Hal ini juga berlaku pada konteks kepemimpinan, khususnya kondisi saat ini di mana Generasi Millennial perlahan dengan pasti secara alami mulai mendominasi populasi korporasi dan semua organsasi, termasuk birokrasi.

Kenyataannya bisa dipastikan sebagian besar korporasi, organisasi, dan birokrasi di dalamnya hidup tiga generasi sekaligus, mereka adalah Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Z.

Berdasarkan telaah referensi ilmiah terkini diperkuat dengan kajian empiris dan pengalaman praktis penulis, dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada semua generasi tersebut, kita mengategorikan Generasi X dan Generasi Y sebagai Generasi Kolonial, sedangkan Generasi Z kita sebut sebagai Generasi Millennial.

Jadi untuk selanjutnya penulis akan menggunakan istilah tersebut di artikel ini guna memudahkan pemahaman kita.

Beberapa data menunjukkan setidaknya populasi Generasi Millennial telah mencapai 60 persen dalam korporasi, organisasi bahkan di birokrasi.

Pada 2025 diperkirakan jumlah mereka akan mencapai 75 persen, bahkan bisa lebih besar. Inilah satu dari sekian sebab dan pangkal terjadinya gejala jurang kepemimpinan atau leadership gap syndrome disingkat LGS.

Secara ilmiah tiga generasi tersebut memiliki pola pikir atau mind set berbeda, pola mental atau sikap berbeda, dan cara merespons situasi atau perilaku yang sangat berbeda pula.

Sayangnya perbedaan ini belum dipahami oleh kedua pihak, yaitu pemimpin dan karyawan yang dipimpin.

Terhadap esensi dan fungsi kepemimpinan tidak ada yang berubah signifkan. Namun yang pasti berubah adalah bagaimana Anda sebagai leader dan manager mampu men-deliver kepemimpinan yang relevan atau cocok untuk Generasi Millennial yang jumlahnya semakin meningkat.

Mereka akan meneruskan tampuk kepemimpinan pada masa depan yang keadaan dan tantangannya sangat berbeda dengan situasi saat ini.

Sebagai pengantar kajian, kami sajikan pada edisi pertama ini, bukti nyata inspiratif yang bisa menjadi penguat betapa leadership gap syndrome telah terjadi dan berdampak buruk terhadap produktifitas kepemimpinan dan pencapaian bisnis!

Berikut adalah enam dampak buruk gejala jurang kepemimpinan yang perlu diwaspadai karena masih jarang dipahami oleh para pemimpin bisnis dan perusahaan:

Pertama, semangat kerja karyawan yang rendah. Leadership gap syndrome seringkali menyebabkan runtuhnya semangat kerja para karyawan dari Generasi Millennial.

Ketika pemimpin gagal memberikan inspirasi, gagap dalam berkomunikasi secara produktif, atau “gabut” dalam memberikan arahan yang jelas, karyawan sangat mungkin menjadi tidak mau terlibat dalam proses kerja, kehilangan motivasi untuk berkontribusi, dan tidak bahagia dengan situasi di mana dia dipimpin dengan cara Kolonial.

Kedua, berkaitan dengan dampak pertama, yaitu produktifitas karyawan yang berkurang secara drastis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com