Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi Targetkan Industri Minuman Ringan Tumbuh 5 Persen pada 2024

Kompas.com - 13/03/2024, 20:40 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesilo menargetkan industri minuman ringan atau minuman siap minum non-alkohol (NARTD) tumbuh 4-5 persen sepanjang 2024.

Triyono mengatakan, 2024 merupakan kesempatan bagi industri minuman ringan untuk pulih setelah terpuruk selama 3 tahun terakhir khususnya saat Pandemi Covid-19.

"Kami melihat 2024 kesempatan untuk rebound karena Covid-19 sudah lewat dan orang-orang sudah bebas. Harapan kami bisa rebound, ada aspek internal dan eksternal. Internalnya adaptasi industri bagaimana produk kami bisa dikonsumsi masyarakat dengan baik," kata Triyono dalam Konferensi Pers "Kinerja Industri Minuman Ringan 2023" di Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Baca juga: Kemenperin: Industri Makanan dan Minuman Terdampak Aksi Boikot Produk Pro Israel, tapi Bertahan Tak PHK Karyawan

Triyono mengatakan, penjualan minuman ringan memang tumbuh 3,1 persen dari 2022 hingga 2023 (year on year).

Kendati demikian, pertumbuhan industri minuman ringan masih belum membaik lantaran bergantung pada satu produk air mineral dalam kemasan (AMDK).

"Tapi penyumbang utama dari pertumbuhan itu hanya air minum dalam kemasan (AMDK), kalau kita keluarkan AMDK pertumbuhan industri minus 2,6 persen," ujarnya.

"Ini jadi tantangan karena secara industri belum sustainable, industri belum kuat masih bergantung pada satu kategori," sambungnya.

Menurut dia, berdasarkan data CAGR (Compound Annual Growth Rate) dari Badan Pusat Statistik (BPS), industri minuman ringan tidak mengalami pertumbuhan atau di angka 0 persen dalam tiga tahun terakhir.

Tak hanya itu, ia mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, air mineral dalam kemasan menempati urutan teratas yang paling banyak dikonsumsi. Kemudian disusul mihuman teh dalam kemasan.

"Industri tidak ada pertumbuhan. Ini yang jadi masukan tantangan pelaku industri. Sementara per kategori masih minuman AMDK 60-70 persen, kedua ada teh, tetapi di masa pandemi Covid-19 keduanya juga tidak tumbuh," tuturnya.

Lebih lanjut, Triyono mengatakan, tantangan utama industri minuman ringan adalah kondisi geopolitik termasuk perang Rusia-Ukraina yang berimbas pada melonjaknya biaya logistik dan mengganggu rantai pasokan global.

Kemudian, kemarau panjang membuat penurunan produktivitas petani di berbagai negara sehingga harga bahan baku menjadi naik.

"Lalu, tingkat inflasi komponen pangan mencapai 8,7 persen pada Februari 2024, lebih tinggi dari laju inflasi secara umum yaitu 2,61 persen (year on year), hal ini berimbas terhadap menurunnya daya beli masyarakat," ucap dia.

Baca juga: Minuman Berpemanis Kena Cukai demi Kesehatan, Asosiasi: Kebijakan yang Tidak Tepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com