Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arief Wiwaha
Karyawan BUMN

Akademisi, Praktisi di oil & gas dan pertambangan mineral & batubara

Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertambangan Indonesia

Kompas.com - 26/03/2024, 13:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IKLIM merupakan faktor yang sangat penting dalam industri pertambangan. Kondisi iklim yang berkaitan dengan curah hujan, panas ekstrem, angin dan pola banjir sangat berpengaruh kepada operasional pertambangan, integritas dari infrastruktur pertambangan dan keselamatan serta kesehatan kerja.

Berdasarkan Assessment Report tahun 2023 yang diterbitkan oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change.), emisi gas rumah kaca akan menyebabkan peningkatan temperatur global pada kisaran 2,2–3,5 derajat celcius tahun 2099.

Setiap peningkatan temperatur global akan meningkatkan berbagai bahaya yang terjadi secara bersamaan.

Selain itu, natural disaster and extreme weather dan Failure of climate change adaptation menduduki peringkat 2 dan 5 dalam top global risk berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Economic Forum 2023.

Kondisi yang diakibatkan perubahan iklim dapat mengancam pekerja tambang, keutuhan struktur tambang yang dapat berakibat tanah longsor, integritas dari bendungan tailing dan juga keutuhan dari lahan yang sudah di-reklamasi sehingga dapat ter-eskalasi menjadi permasalahan lingkungan lebih besar lagi.

Kualitas air dapat terpengaruh dengan terjadinya kebocoran dari fasilitas penyimpan bijih dan pabrik pemrosesan akibat banjir yang disebabkan oleh tingginya curah hujan.

Pencemaran yang terjadi dapat disebabkan terbawanya bijih tambang yang memiliki konsentrasi tinggi ke daerah perairan dan mengakibatkan pencemaran dan turunnya kualitas lingkungan seperti yang sudah teramati di Queensland (Australia) dan Finlandia.

Namun demikian, di samping tekanan tersebut di atas, muncul juga berbagai kesempatan dalam melakukan perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan nilai jual dan produksi sekaligus memberikan nilai tambah dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Dengan bergeraknya dunia menuju penggunaan energi terbarukan, kebutuhan akan mineral sebagai bahan utama baterai juga akan semakin meningkat di antaranya: aluminium, tembaga, lithium, cobalt, nikel, cadmium dan logam tanah jarang.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mineral logam (Ni, Cu, Au, Sn), terlihat trend produksi yang mulai menurun di mana komoditas ini sangat dibutuhkan dalam transisi energi menuju energi baru dan terbarukan.

Di Indonesia, faktor cuaca sangat memengaruhi kinerja produksi pertambangan. Berdasarkan data yang dikumpulkan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), produksi batu bara yang berada di bawah target pemerintah, yaitu 663 juta ton disebabkan adanya cuaca ekstrem.

Total curah hujan di Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu sumber batu bara yang cukup signifikan di Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 3250.2 mm, yang meningkat dari tahun 2021 sebesar 2598.2 mm, 2020 sebesar 2628.2 mm dan tahun 2019 sebesar 2915 mm.

Hal ini sangat berpengaruh pada kemampuan produksi dari segi operasional tambang yang berisiko tinggi.

Contoh dampak cuaca ekstrem lain adalah banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi di area tambang PT Freeport Indonesia pada Februari 2023 dan kandasnya Kapal Isap Produksi (KIP) PT Timah karena gelombang tinggi pada 2021.

Studi dampak perubahan iklim dilakukan di negara-negara Nordik pada 2022 terhadap pertambangan di Swedia, Finlandia, dan Norwegia yang beroperasi tahun 2019.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com