Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Harga Gas Subsidi 3 Kg yang Bikin Prilly Latuconsina "Dirujak" Netizen

Kompas.com - 11/04/2024, 19:06 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Prilly Latuconsina menuai panen kritik di media sosial baru-baru ini. Hal itu dikarenakan artis sekaligus produser itu memakai gas subsidi untuk masyarakat miskin dan usaha mikro.

Lewat unggahan di Instagram, Prilly Latuconsina membeberkan asal usul tabung gas subsidi itu bisa ada di rumahnya dan ia gunakan saat memasak jelang Lebaran 2024.

Menurut pengakuannya, tabung gas subsidi tersebut merupakan pinjaman dari agen gas langganannya. Ia pun mengaku tidak sadar dengan hal itu sampai melihat komentar netizen.

Prilly menyatakan tak pernah ada niatan untuk menyembunyikan penggunaan tabung gas untuk masyarakat miskin itu. Ia pun mengaku sudah mengembalikan tabung gas subsidi tersebut ke agen langganannya tersebut.

Baca juga: Bak Bumi dan Langit, Membandingkan Laba Pertamina Vs Petronas Malaysia

Harga gas subsidi 3 kg

Mengutip Harian Kompas, elpiji melon adalah elpiji subsidi pemerintah untuk masyarakat miskin. Sebagaimana subsidi barang lainnya, subsidi elpiji ini bocor ke mana-mana.

Banyak masyarakat yang bukan kategori miskin, tetapi menggunakannya. Apalagi distribusinya bersifat terbuka.

Akibatnya, volume penyalurannya terus membengkak setiap tahun. Anggaran negara untuk menyubsidi pun juga menggelembung.

Persoalan menjadi makin pelik karena 77 persen kebutuhan elpiji dalam negeri dipenuhi dengan impor. Dengan demikian, beban keuangan negara menjadi kian berat.

Apalagi jika nilai tukar dollar AS melonjak atau kurs rupiah anjlok. Imbasnya, subsidi dari APBN untuk gas ini terus membengkak.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Selama ini, berdasarkan regulasi, baik peraturan presiden maupun peraturan menteri ESDM, harga jual eceran (HJE) elpiji 3 kg di titik serah atau agen/penyalur adalah Rp 4.250 per kg atau Rp 12.750 per tabung.

Sejak 2008 hingga sekarang, harga itu tak berubah. Adapun di pangkalan, harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan oleh pemerintah daerah (pemda) masing-masing.

Di tingkat pengecer atau warung-warung di Jabodetabek, harga isi ulang elpiji 3 kg berkisar Rp 19.000-Rp 21.000 per tabung.

Disparitas harga

Bila dibandingkan dengan harga gas subsidi, harga tabung gas non-subsidi dari Pertamina atau yang dikenal dengan Bright Gas cukup jauh.

Harga jual elpiji 5,5 kg dan 12 kg, lantaran bukan barang subsidi, ditentukan oleh Pertamina, mengacu pada harga gas acuan kontrak (CP) Aramco. Artinya, harga jualnya akan dipengaruhi dinamika harga gas internasional.

Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya

Masih menurut catatan Harian Kompas, harga elpiji 12 kg di tingkat agen pada 2015 ialah Rp 134.000 per tabung. Sekitar delapan tahun berselang, atau per 22 November 2023, untuk Pulau Jawa-Bali, juga di tingkat agen, harga elpiji 12 kg ialah 192.000 per tabung.

Adapun harga isi ulang Bright Gas elpiji 5,5 kg di minimarket di Jabodetabek, saat ini, ialah Rp 105.000 dan Bright Gas elpiji 12 kg Rp 218.000 per tabung.

Dengan demikian, apabila dihitung per kilogramnya, maka harga gas elpiji Rp 19.000 untuk tabung isi 5,5 kilogram, dan Rp 18.000 untuk tabung isi 12 kg.

Bandingkan dengan harga elpiji 3 kg, yang jauh lebih terjangkau, meski sudah di atas HET daerah masing-masing.

Baca juga: 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Rupiah Posisi Berapa?

Artikel ini bersumber dari berita di Harian Kompas berjudul "Elpiji Melon, di Antara Selebritas dan Warga Miskin".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com