Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
HILIRISASI INDUSTRI

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Kompas.com - 18/04/2024, 13:23 WIB
Yussy Maulia Prasetyani,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.comHilirisasi industri menjadi salah satu kebijakan strategis pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Nikel yang melimpah di Indonesia, menjadi komoditas yang diolah dengan skema hilirisasi.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, Indonesia menguasai cadangan mineral berupa nikel terbesar di dunia pada 2022. Jumlahnya mencapai 21 juta metrik ton. Artinya, Indonesia menyumbang 21 persen dari total cadangan nikel global sepanjang tahun tersebut.

Dengan cadangan nikel sebanyak itu, Indonesia juga menjadi penghasil bijih nikel nomor satu di dunia. Total produksinya diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau 48,48 persen dari total produksi bijih nikel dunia sepanjang 2022.

Indonesia menangkap peluang tersebut dengan terus menggenjot ekspor bijih nikel ke beberapa negara tujuan, di antaranya Tiongkok dan Jepang. Namun, nilai ekspornya tentu jauh lebih besar jika Indonesia mengekspor produk jadi alih-alih bahan mentah (raw material).

Hal itu pernah dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Jakarta Geopolitical Forum VII pada Juni 2023.
Ia mengatakan bahwa nilai ekspor produk nikel hasil hilirisasi pada 2022 mencapai 33,81 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 504,2 triliun (kurs Rp 14.915 per 1 dollar AS).

“Angka tersebut lebih besar 745 persen daripada nilai ekspor pada 2017, yaitu ketika Indonesia hanya mengekspor bahan mentah berupa bijih nikel dengan nilai ekspor hanya sekitar 4 miliar dollar AS,” jelas Luhut yang dilansir dari laman indonesia.go.id.

Baca juga: PT GNI Raih Penghargaan PNBP dari Kemenaker atas Kontribusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Meski hilirisasi industri nikel mencetak angka yang positif, kebijakan hilirisasi secara umum di Indonesia baru memberi kontribusi sebesar 30 persen pada total investasi sepanjang 2023.

Oleh sebab itu, pelaku industri perlu menerapkan strategi yang komprehensif untuk menciptakan hilirisasi yang inklusif, berkelanjutan, serta melibatkan sektor-sektor lain untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu saja.

Hilirisasi menyeluruh di industri nikel

Industrialisasi bukan hanya soal meningkatkan nilai tambah sektor ekonomi di sekitar operasional suatu industri, tetapi juga transformasi sosial yang melibatkan perubahan pada masyarakat.

Dampak positif dari industrialisasi dapat dilihat di lingkungan perusahaan industri smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).

Sebagai informasi, PT GNI memiliki smelter nikel yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Keberadaan perusahaan ini terbukti menciptakan multiplier effect terhadap ekonomi daerah dan nasional, serta dampak sosial bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.

PT GNI telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah Morowali Utara. Hal ini terlihat dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2021-2023.

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Morowali Utara pada 2021 masih berada pada angka satu digit. Namun, pada 2023, pertumbuhan ekonominya meningkat menjadi dua digit, tepatnya 10,47 persen pada semester pertama dan melonjak cukup tajam menjadi 36,42 persen di awal semester II 2023.

Angka kemiskinan di Morowali Utara pun menunjukkan penurunan dari 13,90 persen pada 2021, menjadi 12,29 persen pada 2022. Begitu pula dengan angka pengangguran yang turun dari 2,98 persen menjadi 2,25 persen.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com