Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Kompas.com - 20/04/2024, 17:36 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja nilai ekspor kain atau bahan pakaian indonesia (HS Code 56 – 60) sepanjang 2023 mencapai 473,31 juta dollar AS.

Adapun lima negara tujuan ekspor utama kain/bahan pakaian Indonesia adalah Jepang (19,6 persen), Vietnam (15,6 persen), India (7,4 persen), AS (6,1 persen) dan Korea Selatan (5,8 persen).

Masih berdasarkan data BPS, kinerja nilai ekspor batik mencapai 17,45 juta dollar AS pada 2023. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara, seperti AS sebesar 74,75 persen, Jerman 3,61 persen, Singapura 3,23 persen, Malaysia 2,82 persen, dan Kanada 1,92 persen.

Sebagai eksportir pemasok bahan pakaian, Indonesia mengembangkan potensi desain kain dan melakukan terobosan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Salah satunya, menghadirkan batik aromaterapi produk unik yang mengeluarkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain batik. Aroma wangi batik jenis ini dapat tahan hingga empat tahun meskipun dicuci berulang-ulang.

Metode batik aromaterapi ditemukan seorang perempuan milenial asal Bangkalan, Warisatul Hasanah, yang mendirikan Batik Al-Warits.

Untuk diketahui, Al Warits telah menjadi mitra binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sejak 2019 dan mengikuti berbagai pameran skala internasional, seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2019.

LPEI atau Indonesia Eximbank pun memperkuat komitmen untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional.

Salah satu wujud nyata adalah dengan melakukan pendampingan kepada perajin batik aromaterapi yang menjadi ciri khas Madura.

Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil. Pendapatan perajin pun turut meningkat yang semula Rp 300.000 menjadi Rp 1.250.000 per bulan.Dok. LPEI Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil. Pendapatan perajin pun turut meningkat yang semula Rp 300.000 menjadi Rp 1.250.000 per bulan.

Untuk mendorong ekosistem ekspor berkelanjutan yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional, LPEI berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu (Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak), dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur.

Kerja sama tersebut dilakukan guna memberikan pendampingan kepada 139 perajin perempuan binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.

Warisatul mengatakan, LPEI bersama Kemenkeu Satu memberikan berbagai pelatihan dalam rangka penguatan kapasitas dan organisasi perusahaan.

“Selain penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas produksi, kami juga diberikan pelatihan penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor, serta penyuluhan perpajakan dalam rangka meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik aromaterapi,” ujar Warisatul dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/4/2024).

Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil.

LPEI berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik meningkat dari 400 kain per hari menjadi 4.000 kain per hari. Pendapatan perajin pun turut meningkat yang semula Rp 300.000 menjadi Rp 1.250.000 per bulan.

Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa menjelaskan, program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan. Tujuannya, membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah.

Pendampingan Desa Devisa Batik Aromaterapi berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.

“LPEI berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan hingga menciptakan kesejahteraan bagi para perajin batik,” kata Ilham. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com