Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Kompas.com - 02/05/2024, 07:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP 1 Mei selalu diperingati sebagai Hari Buruh, dikenal secara internasional sebagai “International Worker’s Day” atau “Labor Day” di beberapa negara.

Dalam diskusi ekonomi tenaga kerja (labor economics), salah satu topik menarik adalah analisis kesenjangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan.

Pada 1973, Ronald Oaxaca memperkenalkan metode dekomposisi dalam disertasinya di Princeton University untuk menganalisis perbedaan gaji antar gender.

Pada tahun yang sama, Alan Blinder mengembangkan teknik serupa. Keduanya memberikan kontribusi pada teknik dekomposisi Oaxaca-Blinder yang sering digunakan dalam konteks ekonomi tenaga kerja.

Teknik ini memiliki aplikasi luas, tidak terbatas pada analisis disparitas gaji antara laki-laki dan perempuan saja.

Ia juga bisa digunakan untuk menganalisis perbedaan antara dua kelompok lain, seperti etnis kulit putih dan non-kulit putih, antara orang lokal dan imigran, dan sebagainya.

Langkah pertama dalam menggunakan teknik ini melibatkan kontrol terhadap berbagai karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan, durasi pengalaman kerja, keanggotaan di serikat buruh, jenis pekerjaan, sektor industri, struktur keluarga, dan lokasi.

Secara umum, perbedaan gaji sebaiknya tidak hanya dilihat dari perbandingan gaji rata-rata antarkelompok, tetapi melalui perbandingan yang lebih setara, di mana gaji dibandingkan antarindividu dengan karakteristik yang serupa.

Gender Gap di Indonesia

World Economic Forum (WEF) telah merilis Global Gender Gap Report (GGGR) sejak tahun 2006. Laporan ini mengukur disparitas gender di empat dimensi: (1) partisipasi dan kesempatan ekonomi, (2) capaian pendidikan, (3) kesehatan dan kelangsungan hidup, serta (4) pemberdayaan politik.

Menurut laporan terbaru, Indonesia menempati peringkat ke-87 dari 146 negara secara global, dan peringkat ke-6 di Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, Filipina memimpin dengan peringkat ke-16 secara global, diikuti oleh Singapura di peringkat ke-49, Laos di peringkat ke-54, Viet Nam di peringkat ke-72, dan Thailand di peringkat ke-74.

Sementara itu, beberapa negara yang berada di bawah Indonesia termasuk Kamboja di peringkat ke-92, Timor Leste di peringkat ke-95, Brunei Darussalam di peringkat ke-96, Malaysia di peringkat ke-102, dan Myanmar di peringkat ke-123.

Terkait dengan Hari Buruh, setidaknya ada beberapa dimensi dan indikator yang relevan dari GGGR.

Pertama, terkait tentang dimensi partisipasi dan kesempatan ekonomi, antara lain (1) partisipasi tenaga kerja (labor-force participation rate), (2) kesetaraan gaji untuk jenis pekerjaan yang sama (wage equality for similar work), (3) perkiraan pendapatan rata-rata (estimated earned income), (4) persentase legislator dan posisi senior, (5) dan persentase pekerja profesional dan teknis.

Indikator pertama menunjukkan kesenjangan partisipasi (participation gap). Dua indikator berikutnya menunjukkan kesenjangan remunerasi (remuneration gap). Sedangkan dua indikator terakhir menggambarkan kesenjangan kemajuan (advancement gap).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com