Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Kompas.com - 07/05/2024, 19:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) mengatakan inflasi medis pada 2024 masih akan berada di angka yang tinggi atau double digit.

Hal tersebut berdasarkan data Mercer Marsh Benefits 2024 yang memprediksi, inflasi medis di Asia akan mencapai 11,4 persen pada 2024. Sementara itu, inflasi medis diperkirakan dapat menembus 14,4 persen di Timur Tengah dan Afrika.

Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia Karin Zulkarnaen mengatakan, negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan negara berkembang lain memiliki kecenderungan inflasi medis yang lebih tinggi dibandingkan negara maju.

Baca juga: Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

"Bukan hanya di Indonesia, karena kami juga ikut lihat bagaimana cara menangani ini, perusahaan asuransi dan industri asuransi kesehatan di seluruh dunia, yang kita alami juga dialami oleh negara lain," kata dia dalam konferensi pers, Selasa (7/5/2024).

Ia menambahkan, inflasi medis juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif biaya dokter, biaya treatment, biaya operasi. Dunia medis juga mengalami perkembangan teknologi yang pesat sehingga rumah sakit perlu investasi pada teknologi-teknologi terbaru.

Kenaikan biaya rumah sakit di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 10-14 persen per tahun.

Baca juga: Asosiasi Sebut Industri Asuransi Jiwa Masih Dibayangi Inflasi Medis

Lebih lanjut, Karin bilang, kenaikan inflasi medis tersebut juga tak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada penyesuaian harga premi asuransi nantinya.

"Iya sudah, iya sudah ada (penyesuaian premi)," imbuh dia.

Demi menjaga keterjangkauan harga premi yang ditawarkan pada masyarakat, Prudential Indonesia memiliki rekomendasi 315 rumah sakit yang tersebar pada 91 kota di Indonesia.

Dengan melakukan klaim di daftar rumah sakit itu, pemegang polis punya kesempatan mendapatkan keringanan untuk premi tahun berikutnya.

Baca juga: AAJI Paparkan Pentingnya Asuransi Kesehatan di Tengah Inflasi Medis

"Ada transparansi dan ada pelayanan yang kami bisa pastikan, karena kami berkoordinasi secara dekat dengan rumah sakit yang masuk dalam jaringan ini," terang dia.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Financial Officer PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) Paul Setio Kartono menyampaikan, inflasi medis juga berpengaruh pada klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi.

Prudential Indonesia mencatatkan nilai klaim kesehatan Rp 5,4 triliun. Jumlah tersebut juga tumbuh 19 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Seiring dengan itu, Prudential Syariah tercatat telah membayar klaim dan manfaat tabarru senilai Rp 1,3 triiun, atau tumbuh 53 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Baca juga: Ada Inflasi Medis, Klaim Asuransi Kesehatan Meroket

"Ada kenaikan klaim manfaat tabarru sebanak 53 persen dari 2022. Kenapa naiknya besat? Sebab 2022 itu adalah spin off. Pada 2022 itu tidak penuh satu tahun, sementara yang 2023 itu penuh satu tahun," terang dia.

Paul mengungkapkan, kenaikan biaya klaim industri asuransi tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi medis.

Klaim asuransi kesehatan juga dipengaruhi dengan adanya over treatment rumah sakit, perkembangan teknologi medis, dan kemauan masyarakat untuk pergi ke rumah sakit usai pandemi Covid-19.

Baca juga: Simak 5 Tips Hadapi Inflasi Medis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com