Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Kompas.com - 23/05/2024, 11:16 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong pengembangan industri obat bahan alam di Indonesia agar bisa bersaing di pasar global. Sebab, pasar obat bahan alam di dunia terus meningkat.

“Untuk pasar obat bahan alam dunia pada tahun 2023 mencapai 200,95 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karenanya, pengembangan industri obat bahan alam perlu terus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global,” ungkap Agus beberapa waktu lalu, dikutip dari Tribunnews.

Ia menambahkan, industri kimia, farmasi dan obat tradisional terbukti menjadi salah satu sektor penyumbang devisa yang signifikan pada 2023.

Tercatat, pada 2023 nilai ekspor untuk produk industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional meningkat 8,78 persen dibanding kuartal IV 2022 dengan nilai ekspor sebesar 543,7 juta dollar AS.

Baca juga: Impor Alas Kaki, Tas hingga Obat Tradisional Tak Perlu “Pertek” Lagi

Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), volume industri dalam Prompt Manufacturing Index-BI (PMI-BI) pada industri kimia, farmasi dan obat tradisional menunjukan nilai optimis pada threshold di atas 50 persen dengan nilai PMI BI di triwulan IV tahun 2023 di angka 52,50 atau berada pada fase ekspansi.

Selain peluang pasar global yang besar, Agus mengatakan bahwa jamu Indonesia sudah diakui dunia. Tercatat pada 6 Desember 2023, jamu telah resmi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia ke-13 yang masuk ke dalam daftar UNESCO.

Data Kemenperin menyebutkan, saat ini, terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, yaitu Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT). Industri obat bahan alam ini telah menghasilkan 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandar dan 22 jenis fitofarmaka.

Baca juga: Industri Obat Tradisional Mampu Serap 15 Juta Tenaga Kerja

Menekan impor obat, mendorong ekspor fitofarmaka

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan, fitofarmaka memiliki potensi besar di Indonesia dan mampu menekan impor.

"Obat herbal yang diproduksi di Tanah Air memiliki kualitas yang baik dan mampu bersaing di pasar internasional, sehingga diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk membantu mengangkat pelaku usaha obat berbahan baku alam supaya bisa naik kelas," ujar Andi dikutip dari Tribunnews.

Pada Februari 2024, Kemenperin membangun fasilitas produksi obat bahan alami atau disebut sebagai House of Wellness.

Tujuannya agar industri farmasi di Indonesia dapat mencapai proses pembuatan obat berbahan alam yang memiliki bahan baku berstandar, serta menjadi penunjang pengusaha mikro seperti jamu agar bisa naik kelas.

Salah satu pemain fitofarmaka, Dexa Medica menyebut peluang dan potensi pengembangan obat berbahan alam di Indonesia cukup signifikan dan berpeluang mendorong ekspor.

Director Research and Business Development Dexa Group Prof. Raymond Tjandrawinata Dexa Medica V Hery Sutanto mencontohkan, Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang berkhasiat sebagai imunomodulator dari Dexa Medica, yaitu Stimuno, tak hanya dipasarkan di Indonesia.

"Produk kami telah diekspor ke beberapa negara di Asia dan Afrika seperti Filipina, Kamboja, dan Nigeria," ujarnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Whats New
PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

Whats New
BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

Whats New
OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

Whats New
Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Earn Smart
Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com