Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 119,1 Triliun hingga April 2024

Kompas.com - 27/05/2024, 21:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai realisasi penarikan utang baru untuk pembiayaan kas negara terus meningkat secara tahun kalender hingga April 2024. Hal ini terjadi meskipun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih mencatatkan surplus.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pembiayaan anggaran melalui penarikan utang mencapai Rp 119,1 triliun hingga pengujung April lalu. Nilai itu lebih tinggi dari posisi Maret lalu yang mencapai Rp 104,7 triliun.

Nilai realisasi pembiayaan utang itu setara dengan 18,4 persen dari target yang telah ditetapkan, yakni sebesar Rp 648,1 triliun. Sementara itu, jika dibandingkan tahun lalu, realisasi pembiayaan utang turun 51,2 persen dari 244,2 triliun.

Baca juga: Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Secara lebih rinci, pembiayaan utang utamanya bersumber dari penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 128,6 triliun. Nilai ini setara dengan 19,3 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 666,4 triliun.

"Untuk penerbitan SBN kita secara neto Rp 128,6 triliun itu dibandingkan target APBN yang Rp 666,4 triliun itu berarti 19,3 persen, di bawah 20 persen," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Mei 2024, di Jakarta, Senin (27/5/2024).

Jika dilihat secara keseluruhan, realisasi pembiayaan anggaran baru mencapai Rp 71,1 triliun, atau setara 13,6 persen dari target yang ditetapkan, yakni sebesar Rp 522,8 triliun. Rendahnya realisasi pembiayaan ini utamanya didukung oleh pembiayaan non utang.

Tercatat nilai pembiayaan non utang negatif Rp 48 triliun. Nilai ini setara 38,3 persen dari target yang ditetapkan negatif Rp 125,3 triliun.

"Jadi sampai 30 April Rp 71,1 triliun total pembiayaan anggaran itu turun sangat tajam dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 224,4 triliun, turunnya 68,3 persen," tutur Sri Mulyani.

Baca juga: Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan


Lebih lanjut Sri Mulyani bilang, pembiayaan utang yang dilakukan pemerintah masih terjaga. Ini didukung oleh optimalisasi penerbitan SBN, penarikan pinjamanan tunai bilateral, serta pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL).

Selain itu, bendahara negara mengklaim, beban utang pemerintah tetap terjaga di tengah volatilitas pasar keuangan yang tinggi. Pasalnya, imbal hasil atau yield obligasi pemerintah disebut tetap terjaga.

"Kita memang cukup terukur dalam menerbitkan surat utang kita, kita turun cukup tajam di 68,3 persen pada saat market sedang cheatery, ini yang menyebakan kita akan mungkin bisa menjaga yield kita," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Simak 10 Tips Investasi di Pasar Modal bagi Pemula

Simak 10 Tips Investasi di Pasar Modal bagi Pemula

Earn Smart
Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh

Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh

Whats New
Cara Cek Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Aktif atau Tidak

Cara Cek Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Aktif atau Tidak

Whats New
Pengamat: Starlink Harusnya Jadi Penyedia Akses bagi Operator Telekomunikasi...

Pengamat: Starlink Harusnya Jadi Penyedia Akses bagi Operator Telekomunikasi...

Whats New
Studi Ungkap 20 Persen Karyawan di Dunia Mengalami Kesepian, Ini Cara Mengatasinya

Studi Ungkap 20 Persen Karyawan di Dunia Mengalami Kesepian, Ini Cara Mengatasinya

Work Smart
PGN Sebut Penjualan Gas Bumi di Jawa Barat Mencapai 45 BBTUD

PGN Sebut Penjualan Gas Bumi di Jawa Barat Mencapai 45 BBTUD

Whats New
Kemenhub dan US Coast Guard Jajaki Peluang Kerja Sama Pengembangan SDM KPLP

Kemenhub dan US Coast Guard Jajaki Peluang Kerja Sama Pengembangan SDM KPLP

Whats New
Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Pemimpin Produsen Hidrogen Regional, Ini Alasannya

Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Pemimpin Produsen Hidrogen Regional, Ini Alasannya

Whats New
Kuota BBM Subsidi 2025 Diusulkan Naik Jadi 19,99 Juta KL

Kuota BBM Subsidi 2025 Diusulkan Naik Jadi 19,99 Juta KL

Whats New
Bos Superbank Akui Selektif  Jalin Kerja Sama Pembiayaan Lewat 'Fintech Lending'

Bos Superbank Akui Selektif Jalin Kerja Sama Pembiayaan Lewat "Fintech Lending"

Whats New
Sambangi Korsel, Pertamina Gas Jajaki Peluang Bisnis Jangka Panjang LNG Hub

Sambangi Korsel, Pertamina Gas Jajaki Peluang Bisnis Jangka Panjang LNG Hub

Whats New
Kata Sandiaga soal Banyaknya Keluhan Tiket Pesawat yang Mahal

Kata Sandiaga soal Banyaknya Keluhan Tiket Pesawat yang Mahal

Whats New
Elpiji 3 Kg Direncanakan Tak Lagi Bebas Dibeli di 2027

Elpiji 3 Kg Direncanakan Tak Lagi Bebas Dibeli di 2027

Whats New
Blibli Catat Penjualan 1.000 Motor Yamaha NMAX Turbo dalam 40 Menit

Blibli Catat Penjualan 1.000 Motor Yamaha NMAX Turbo dalam 40 Menit

Whats New
Bos Pupuk Indonesia: Produksi Padi akan Turun 5,1 Juta Ton jika Program HGBT Tak Dilanjutkan

Bos Pupuk Indonesia: Produksi Padi akan Turun 5,1 Juta Ton jika Program HGBT Tak Dilanjutkan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com