Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Industri Asuransi Hadapi Kenaikan Biaya Kesehatan yang Mendorong Klaim

Kompas.com - 30/05/2024, 10:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menjelaskan, adanya kenaikan biaya kesehatan yang terus tumbuh akan membuat premi asuransi kesehatan juga ikut menanjak. Hal tersebut akan membuat perusahaan asuransi meninjau kembali kemampuan untuk mengelola risiko yang ada.

Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG AAJI Fauzan Arfan menjabarkan, berdasarkan data yang dimiliki, jumlah klaim yang dibayarkan dengan premi yang diterima untuk asuransi kesehatan sudah mencapai 138 persen di kuartal I-2024.

"Artinya premi yang kami terima untuk meng-cover asuransi kesehatan dengan klaim yang sudah kami bayarkan, sudah lebih tinggi klaimnya," tutur dia dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Q1 2024, Rabu (29/5/2024).

Baca juga: Dampak Aturan Iuran Tapera bagi Industi Asuransi Jiwa Indonesia

Ia menambahkan, untuk menghadapi situasi ini, perusahaan asuransi harus melakukan penyesuaian.

Beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan menaikkan secara langsung premi asuransi kesehatan atau melakukan pembatasan.

Beberapa pembatasan yang dilakukan misalnya dengan meninjau ulang kerja sama dengan rumah sakit rekanan.

"Misalnya ada kerja sama 10 rumah sakit, lalu ada satu RS yang ditengarai memiliki klaim tren yang tinggi. Nah perusahaan asuransi akan mencoba mereviu kontaknya dengan RS tersebut," ungkap dia.

Baca juga: AAJI Sebut Premi Asuransi Tradisional Telah Lampaui Unitlink

Fuazan bilang, asuransi kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. AAJI juga telah meminta perusahaan asuransi tetap memasarkan produk asuransi kesehatan.

Namun, pihaknya juga menghitung dengan pasti soal strategi yang perlu dijalankan agar produk asuransi kesehatan dapat tetap dijual tanpa menimbulkan kerugian untuk perusahaan asuransi.

Selain itu, AAJI juga akan mengupayakan database informasi di antara perusahaan asuransi untuk menghindari adanya fraud, sehingga perusahaan asuransi memiliki informasi yang cukup detail tentang bagaimana menghadapi klaim asuransi kesehatan ini.

"Sehingga pada akhirnya tidak merugikan perusahaan asuransi," imbuh dia.

Baca juga: Tahun Ini, OJK Sebut Kinerja Asuransi Jiwa Masih Tertekan

 


Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan, kenaikan biaya kesehatan yang berpengaruh pada premi asuransi tersebut dapat memunculkan dua skenario yang berbeda.

Pertama, perusahaan asuransi akan menyerah mengelola produk asuransi kesehatan karena beban risiko yang sangat tinggi. Perusahaan asuransi mungkin akan mengalihkan bisnis ke produk pertanggungan yang lain, misalnya asuransi jiwa.

Skenario ini diperparah dengan kondisi pasar keuangan yang masih dilingkupi ketidakpastian akibat tekanan global.

"Rasanya mungkin ada satu, dua perusahaan asuransi baik jiwa atau umum yang memutuskan untuk sementara tidak lagi memberikan pertanggung asuransi kesehatan. Atau, perusahaan masih mau tetapi dengan batasan yang sangat banyak. Pilihan kepada masyarakat jadi berkurang, itu bukan sesuatu yang baik," ujar dia.

Baca juga: Pendapatan Industri Asuransi Jiwa Turun 2 Persen Sepanjang 2023

Halaman:


Terkini Lainnya

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com