Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Kuliah Gratis Seperti di Negara Maju? Sri Mulyani: Pajaknya 70 Persen Per Orang

Kompas.com - 31/05/2024, 07:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal celetukan orang-orang yang menyebutkan jika di negara maju seperti di Nordik (negara-negara Eropa Utara) kuliah gratis, sementara di Indonesia tidak.

Menurut bendara negara, pendidikan gratis di sana bisa dilakukan lantaran pajak yang dikenakan oleh negara per orang juga besar. Alias, bukan "cuma-cuma" belaka.

"Saya jadi menteri keuangan tuh sering juga orang-orang menyeletuk 'mbok ya kayak Nordic Countries itu loh, segala macam bebas sampai perguruan tinggi, dari lahir sampai perguran tinggi enggak perlu bayar apa-apa," tutur Sri Mulyani dalam seminar nasional Jesuit Indonesia, di Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Ia menyebutkan, negara nordik rata-rata mengenakan pajak pendapatan sekitar 65 - 70 persen terhadap penduduknya.

Baca juga: Respons Celetukan Negara Maju Bisa Kasih Kuliah Gratis, Sri Mulyani: Di Sana Pajaknya sampai 70 Persen

 

Lantas dengan setoran pajak yang tinggi tersebut, negara memiliki kemampuan fiskal lebih besar untuk mendukung pelaksanaan berbagai fasilitas dasar negaranya, seperti edukasi.

"Aku pernah punya teman di Bank Dunia, dia dari Finlandia. Saya tanya, how much tax you pay? Oh, around 70 percent. Jadi kalau kamu dapat (gaji) 100.000 (US dollar), kamu cuma dapet 30.000 US dollar? Iya," tutur dia.

Oleh karenanya, Sri Mulyani menyebutkan, fasilitas pendidikan gratis negara Nordik sebenarnya tidak sepenuhnya gratis.

"Di dunia enggak ada yang gratis, pasti ada yang bayar," katanya.

Baca juga: Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Konsekuensi pajak rendah di AS

Sri Mulyani membandingkan lagi dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif pajak lebih rendah ketimbang pajak warga negara di negara-negara Eropa Utara.

Konsekuensinnya masyarakat harus membayar berbagai fasilitas dasar dengan biaya lebih tinggi.

"Makanya inflasinya tinggi banget. The most expensive university fee itu di Amerika Serikat," ujar dia.

Menarik kesimpulan dari dua kasus itu, Sri Mulyani bilang bahwa kehadiran pemerintah di suatu negara tidak bisa "gratis".

Diperlukan biaya, berupa pendapatan negara, yang lebih besar agar pemerintah mampu memberikan fasilitas lebih besar kepada masyarakat.

"Negara hadir dan hadirnya itu ditopang dengan APBN, we have to collect more, spend better, dan jaga risiko pembiayaannya," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema Student Loan Imbas UKT Mahal

(Rully R. Ramli, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com